Monday, May 6, 2013

Percobaan Kariotipe


BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
            Setiap manusia normal memiliki konstitusi kromosom normal yang bermanifestasi dengan kemunculan fenotip yang normal. Dalam peranan kemunculan fenotip secara normal, kromosom autosom maupun seks berperan penting. Kelainan dapat terjadi berupa kelainan jumlah maupun struktur. Umumnya tingkat kelainan fenotip berkaitan dengan jenis kelainan kromosom. Pemeriksaan fisik dapat mengidentifikasi kondisi dismorfik yang dapat mengarahkan pada kelainan kromosom seks (Nawawi dan Winarni , 2009).
            Banyak peneliti, bahkan sebelum abab ini untuk menetapka jumlah kromosom manusia, tetapi penyelidikan-penyelidikan tersebut terhambat karena teknik yang belum memadai. Hingga pada tahun 1956 Tjio dan Levan  memperkenalkan metode yang memungkinkan mereka menunjukkan dengan sangat jelas bahwa kromosom diploid manusia adalah 46. Metode yang mereka pakai sekarang dipergunakan secara luas di semua Laboratorium genetika. Dalam metode menggunakan darah, leukosit dipisahkan dan ditumbuhkan kedalam biakan yang mengandung fitohemaglutin, bahan ini berfungsi untuk memacu leukosit membelah diri. Sel-sel dibiarkan dalam keadaan steril pada suhu tubuh (37oC) selama sekitar 3 hari. Selama waktu ini  sel-sel membelah diri, kemudian sejumlah kecil senyawa Colchicine ditambahkan ke dalam masing-masing biakan. Colchicine berfungsi mencegah pembentukan kumparan dan menghentikan mitosis pada tahap metaphase, yaitu ketika kromosom mengalami pemendekan maksimal dan terlihat jelas. Satu jam kemudian tambahkan larutan garam hipotonik, yang bertujuan  agar
sel-sel membengkak dan menebarkan kromosom (Agus dan Sjafaraenan, 2013).
I.2 Tujuan Percobaan
            Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
a.       Mengenal kromosom manusia.
b.      Belajar mengatur kelainan-kelainan yang dijumpai pada kariotipe tersebut.

I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
   Percobaan ini dilakukan pada hari Selasa, 9 April 2013, pada pukul 14.30-17.30 WITA, bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.


           













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
              Semua infosmasi genetik organisme disampaikan dari sel ke sel melalui DNA  di dalam nukleus. DNA tersusun dalam gen pada kromosom. Kromosom adalah molekul DNA linear yang terikat dengan protein histon, yang akan mempertahankan bentuk kromosom yang terlipat padat sehingga muat di dalam nukleus. Pada manusia terdapat 23 pasang kromosom. Kromosom seks. Kromosom seks (X dan Y) memiliki struktur yang berbeda tetapi kromosom lainnya (autosom) memiliki pasangan denganstruktur yang sama. Kromosom wanita normal adalah XX dan kromosom pria normal adalah XY (James, dkk., 2008).
            Setiap manusia normal memiliki jumlah kromosom yang sama yaitu 46,XX pada wanita atau 46,XY pada pria. Konstitusi kromosom yang normal akan bermanifestasi dengan kemunculan fenotip yang normal, meskipun dapat terjadi variasi antarindividu akibat adanya pengaruh genetik dan lingkungan.1,2 Dalam peranan kemunculan fenotip secara normal, kromsom seks yaitu kromosom X dan Y memainkan peran yang penting, terutama dalam penentuan jenis kelamin. Selama pembelahan sel baik mitosis maupun meiosis, dapat terjadi kesalahan yang menimbulkan kelainan kromosom. Kelainan yang terjadi dapat berupa kelainan jumlah maupun struktur yang dapat terjadi baik pada kromosom autosom maupun kromosom seks (Nawawi dan Winarni , 2009).
            Ukuran kromosom bervariasi dari satu spesies ke spesies lainnya. Panjang kromosom berkisar antara 0,2-20 . Misalnya kromosom manusia mempunyai panjang sampai 6 . Pada umumnya makhluk dengan jumlah kromosom sedikit memiliki kromosom dengan ukuran lebih besar daripada kepunyaan  makhluk  dengan jumlah kromosom lebih banyak. Kromosom yang terdapat di dalam sebuah sel tidak pernah sama ukurannya. Pada umumnya tumbuh-tumbuhan mempunyai kromosom lebih besar daripada hewan. Berdasarkan letak sentromer dapat dibedakan beberapa bentuk kromosom, yaitu (Suryo, 2010):
a.       Metasentris, apabila sentromer terletak median (kira-kira di tengah kromosom), sehingga kromosom terbagi menjadi dua lengan sama panjang dan mempunyai bentuk seperti huruf V.
b.      Submetasentris, apabila sentromer terletak submedian (ke arah salah satu ujung kromosom), sehingga kromosom kromosom terbagi menjadi dua lengan tak sama panjang dan mempunyai bentuk seperti huruf J.
c.       Akrosentris, apabila sentromer terletak subterminal (di dekat ujung kromosom), sehingga kromosom tidak membengkok melainkan tetap lurus seperti batang. Satu lengan kromosom sangat pendek, sedang lengan lainnya sangat panjang.
d.      Telosentris, apabila sentromer terletak di ujung kromosom, sehingga kromosom hanya terdiri dari sebuah lengan saja dan berbentuk lurus seperti batang. Kromosom manusia tidak ada yang telosentris.

           



Sumber: http://biologi-news.blogspot.com/2010/12/kromosom.html
Secara garis besar, perubahan jumlah kromosom dapat dibagi  menjadi dua kelompok, yaitu perubahan jumlah perangkat kromosom (genom) dan perubahan jumlah salah satu atau beberapa kromosom saja. Kelompok pertama dikenal dengan istilah euploidi, sedang kelompok kedua disebut sebagai aneuploidi. Individu yang mengalami euploidi dengan tiga buah genom disebut individu triploid (3n). Demikian seterusnya (4n, 5n, 6n....n). Individu dengan sebuah genom dinamakan haploid atau monoploid (n), sedang individu diploid (2n) dianggap sebagai individu normal. Kalau pada euploidi setiap gen akan disalin sebanyak genom yang ada, maka pada aneuploidi gen-gen yang terletak di dalam kromosom yang mengalami pertambahan jumlah akan disalin lebih banyak daripada gen-gen lain yang terletak pada kromosom yang jumlahnya normal (Susanto, 2011).
            Individu normal diploid dalam kaitannya dengan peristiwa aneuploidi dikatakan sebagai individu  disomik. Sementara itu, individu dengan kelebihan sebuah kromosom dinamakan trisomik (2n + 1), individu dengan kelebihan dua buah kromosom dinamakan tetrasomik, demikian seterusnya. Disamping terjadinya pertambahan jumlah kromosom, ada pula individu yang menglami pengurangan jumlah kromosom yang dinamakan monosomik. Pada umumnya hilangnya sebuah kromosom tertentu akan memberikan efek yang lebih buruk daripada bertambahnya jumlah kromosom tersebut, dan mosomik sering kali bersifat letal. Monosomik dapat terjadi, baik pad aautosom mapun gonosom (Susanto, 2011).
            Adapun sindrom-sindrom yang disebabkan kelainan jumlah kromosom seks, yaitu sebagai berkut (Nawawi dan Winarni, 2009):
1.    Sindrom Turner pertama kali dijelaskan sebagai suatu kondisi yang diakibatkan hilangnya salah satu kromosom X fungsional manghasilkan kariotip 45,X. Hal tersebut terjadi pada 50% kejadian pada kelainan sindrom Turner, varian yang lain dari sindrom Turner yaitu mosaikisme dengan kariotip 45,X/46,XX pada 20% kejadian, isokromosom 46,X,i(Xq) dari 15 % kejadian, kromosom cincin 46, X, r(X) pada 5% kejadian serta delesi 46,X,del(Xp) pada 5% kejadian. Varian lain yaitu mosaiksme 45,X dengan tambahan cell line yang memiliki kromosom Y yang mengalami kelainan struktur, di mana yang paling banyak ditemukan adalah isodisentrik kromosom Y yang muncul sebagai bagian dari kariotip mosaik dengan cell line 45,X.
            Insidensi sindrom Turner berkisar antara 1 dari 2500 hingga 1 dari 3000
kelainan  fenotip cukup bervariasi tetapi biasanya ringan. Pada bayi, kondisi yang dapat dideteksi adalah limfedema pada tangan dan kaki. Gambaran yang seringkali ditemukan adalah perawakan pendek dan infertilitas, telinga yang prominen dan letak rendah, palatum sempit, mandibula yang kecil, neck webbing, dada lebar, cubitus valgus, koarktasio aorta, kelainan ginjal dan masalah penglihatan juga dapat
terjadi. Intelejensi biasanya dalam batasan normal, tapi sedikit wnita memiliki masalah dalam belajar dan tingkah laku. Hubungan dengan tiroiditis autoimun, hipertensi, obesitas dan NIDDM juga telah dilaporkan.
2.      Sindrom Klinefelter
            Kariotipe XXY pada sindrom Klinefelter terjadi dengan insidensi 1 dari 600 kelahiran hidup bayi laki-laki. Kariotipe XXY pada sindrom Klinefelter diakibatkan oleh nondisjunction dan tambahan kromosom X didapatkan dari ayah atau ibuTidak ada peningkatan risiko keguguran yang berhubungan dengan kariotip ini. Banyak kasus pada sindrom ini yang tidak terdiagnosis. Pada saat lahir, bayi dengan XXY lebih kecil xix. dalam hal berat dan panjang badan serta lingkar kepala. Namun selama kanak-kanak terjadi peningkatan kecepatan pertumbuhan tinggi badan.26 Gambaran utama dari sindrom ini adalah hipogonadisme. Pubertas biasanya terjadi namun ukuran testis menurun sejak pertengahan pubertas dan terjadi hipogonadisme. Laki-laki yang memiliki kariotip tersebut biasanya infertil. Pertumbuhan rambut pada muka tidak terjadi dengan baik. Perawakan tinggi dan ginekomastia biasanya terjadi. Risiko terjadinya kanker payudara meningkat dibandingkan dengan laki-lakidengan kariotip XY. Intelejensi umumnya dalam batas normal, tetapi 10–15 poin lebih rendah daripada saudara kandungnya. Kesulitan belajar dan gangguan tingkah laku umumnya berhubungan dengan tekanan lingkungan. Rasa malu, imaturitas dan frustasi cenderung membaik dengan
terapi pengganti hormon testosteron.
3. Sindrom Tripel X
            Kariotipe XXX pada sindrom Tripel X terjadi dengan insidensi 1 dari 1000 wanita dan sering ditemukan secara kebetulan.4 Sindrom Tripel X diakibatkan adanya kromosom tambahan akibat kesalahan gagal pemisahan (nondisjunction) pada meiosis I maternal, menghasilkan fenotip wanita. Selain memiliki perawakan yang lebih tinggi dari ratarata, wanita yang terkena sindrom ini memiliki fisik yang normal. Kesulitan belajar cenderung lebih sering ditemukan pada kelainan ini dibandingkan dengan kelainan kromosom seks yang lain. perlambatan ringan terhadap perkembangan motorik dan bahasa cukup sering terjadi dan gangguan bahasa baik reseptif maupun ekspresif terjadi hingga saat dewasa. Rata-rata IQ 20 poin lebih rendah dari pada saudaranya. Gangguan psikologis ringan umumnya terjadi. Terkadang gangguan menstruasi juga dilaporkan, namun umumnya wanita dengan sindrom Tripel X fertil dan memiliki keturunan yang normal. Menopause dini akibat kegagalan ovarium dini dapat terjadi.
4. Sindrom 47,XYY
            Insidensi kondisi ini berkisar 1 dari 1000 kelahiran bayi laki-laki.4,8Sindrom XYY terjadi karena nondisjunction pada tahap meiosis II paternal. Angka keguguran akibat sindrom ini dilaporkan sangat rendah. Mayoritas laki-laki dengan kariotip ini tidak memiliki bukti kelainan klinis dan tidak terdiagnosis. Ukuran saat lahir tidak berbeda dengan bayi normal kaitannya dengan berat badan, panjang, dan lingkar kepala. Pertumbuhan pada anak-anak umumnya terjadi percepatan, terjadi perawakan tinggi, tapi tidak ada manifestasi klinis yang lain selain ada laporan adanya kejadian jerawat yang umumnya berat. Intelejensi umumnya normal tetapi 10 poin lebih rendah dibandingkan saudaranya, gangguan belajar dapat terjadi.  Gangguan tingkah laku meliputi hiperaktifitas, distracbility, dan impulsif. Sindrom ini kurang berhubungan dengan tingah laku agresif seperti yang banyak dipikirkan sebelumnya meskipun terjadi peningkatan risiko kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan,8 namun ditemukan bahwa angka kriminalitas pada penderita sindrom ini 4 kali lipat lebih tinggi.
            Perubahan struktur kromosom pada garis besarnya dapat dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu (Susanto, 2011):
a.    Delesi, atau disebut juga defisiensi, adalah hilangnya sebgaian segmen kromosom tertentu, yang biasanya akan menimbulkan efek negative pada individu yang mengalaminya.
b.    Duplikasi, pada kejadian ini sebagian segmen kromosom yang justru muncul dua kali atau lebih.
c.    Inversi, perubahan urutan gen-genya. Hal ini terjadi karena segmen tertentu              patah, berputar 1800, dan kemudian menyambung kembali dengan kromosom asalnya sehingga sekarang pada kromosom tersebut ada sebagaian urutan gen yang terbalik.
d.   Translokasi, perubahan struktur kromosom dinamakan translokasi jika segmen tertentu pada suatu kromosom terlepas dan berikatan dengan kromosom lain yang bukan homolognya.



BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
            Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gunting dan pulpen.
III.2 Bahan
            Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Gambar-gambar kromosom manusia (fotocopy) dan lem.
III.3 Cara Kerja
            Adapun cara kerja dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
a.    Menggunting fotocopy gambar kromosom normal yang sudah diperoleh,   kemudian membuat kariotipenya.
b.    Menggunting fotocopy gambar kromosom abnormal manusia
c.    Menyusun gambar kromosom sesuai dengan urutan ukuran dan disesuaikan dengan golongannya.
d.   Menentukan jenis kelaminnya (pada kromosom nomor berapa dan namanya) dan jenis sindrom apa yang dideritanya.







BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 
1. Laki-laki Normal

2. Perempuan Normal












IV.2 Pembahasan
            Pada manusia baik yang perempuan (betina) maupun yang laki-laki (jantan) mempunyai sepasang kromosom kelamin. Seorang perempuan normal mempunyai sepasang kromosom-X. Seorang laki-laki  normal mempunyai sebuah kromosom-X dan sebuah kromosom-Y. Peranan kariotipe dalam pengamatan sifat keturunan  besar sekali, terlebih pada manusia. Dengan menemukan kelainan pada kariotipe, dapat dicari hubungan antar manusia, sehingga dapat diketahui kelainan yang terdapat pada anatomi, morfologi, dan fisiologi seseorang.
            Pada gambar kromosom-kromosom yang disediakan dalam keadaan acak, kemudian disusun secara berpasangan, dengan ukuran-ukuran yang makin mengecil dari kiri ke kanan, serta diberi nomor 1 samai 22 atau disebut juga kariotipe. Dari hasil penyusunan kromosom pada kesetiap 7 gambar yang disediakan , didapatkan hasil yaitu pada gambar A merupakan kariotipe laki-laki normal yang memiliki formula kromosom 46, XY. Seorang laki-laki normal mempunyai sebuah kromosom-X dan sebuah kromosom-Y. Pada gambar B, merupakan kariotipe dari kromosom perempuan normal yang memiliki formula kromosom 46, XX. Seorang perempuan normal mempunyai sepasang kromosom-X. Pada gambar C merupakan kariotipe dari sindroma turner. Sindroma ini memiliki formula 45, XO, dimana penderita ini hanya memiliki sebuah kromosom-X saja. Perempuan yang menderita sindrom ini memperlihatkan sifat abnormal, misalnya tubuhnya pendek, leher pendek dan pangkalnya bersayap, dada lebar, dan tanda kelamin sekunder tidak berkembang, misalnya payudara dan rambut kelamin tidak tumbuh, putting susu letaknya saling berjauhan. Sindroma ini terdapat  kira-kira satu dalam 3000 kelahiran hidup dan terjadi karena adanya nondisjuction  diwaktu ibunya membentuk sel telur. Pada gambar D merupakan kariotipe sindroma klinefelter, yang memiliki formula 47, XXY atau memiliki 2 buah kromosom-X dan sebuah kromosom-Y. Penderita ini menunjukkan fenotip pria tetapi memperliihatkan tanda-tanda wanita seperti tumbuhnya payudara, pertumbuhan rambut kurang, lengan dan kaki ekstrim panjang, suara tinggi seperti wanita, testis kecil, dan biasanya tuna mental. Individu ini terjadi melalui fertilisasi dari sel telur XX oleh spermatozoa Y atau memalui fertilisasi dari sel telur-X oleh spermatozoa XY. Pada gambar E merupakan kariotipe dari sindroma down. Penderita ini mempunyai kelebihan sebuah  autosom nomor 21 sehingga memiliki 3 buah kromosom pada nomor 21.  Pada gambar tersebut, sindroma ini diderita oleh laki-laki. Pada gambar F merupakan kariotipe dari sindroma Cri-du-chat, dimana perempuan yang menderita sindroma ini memiliki kromosom 46, XY, 5P-. Kariotipe ini menunjukkan adanya delesi pada lengan pendek (diberi symbol p-) dari autosom no.5. Karena delesi terjadi pada autosom, maka sindroma ini dapat diderita oleh perempuan dan laki-laki. Penderita ini diberi nama demikian karena sejak masih bayi dan untuk seterusnya suara tangisnya mirip bunyi kucing. Pada gambar G merupakan kariotipe dari sindroma Jacob. penderita ini diderita oleh pria XYY. Oleh karena pria XYY mempunyai 2 buah kromosom-Y maka nondisjunction tentunya berlangsung pada waktu ayahnya membentuk spermatozoa. Penderita ini pada umumnya lebih agresif dibandingkan dengan laki-laki normal.
           



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
            Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
a.    Kromosom manusia mempunyai panjang  sampai 6  dan memiliki tipe yang berbeda-beda yaitu metasentris, submetasentris, akrosentris, dan telosentris. Pada umunya kromosom pada pria normal yaitu 46, XY dan Wanita normal yaitu 46, XX.
b.    Dalam membuat kariotipe kromosom manusia, caranya yaitu kromosom yang telah digunting kemudian diatur dalam pasangan-pasanganya mulai yang paling besar ke paling kecil, mengelompokkannya menjadi  kelompok A-G berdasarkan ukuran kromosom serta letak dari sentromer. Kelainan-kelainan yang didapatkan yaitu sindroma turner (45, X0), sindroma klinefelter (47, XXY), sindroma down (47, XY, +21), Sindroma Cri-du-chat (46, XY, 5P-), dan Sindroma Jacob (47, XYY).

V.2 Saran
            Saran saya yaitu agar gambar kromosomnya dapat disediakan dalam bentuk yang jelas.


DAFTAR PUSTAKA

Agus, Rosana dan Sjafaraenan, 2013. Penuntun Praktikum Genetika. Jurusan         Biologi.Universitas Hasanuddin. Makassar.

James, J., Colin, B., dan Helen, S., 2008. Prinsip-Prinsip Sains Untuk         Keperawatan. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Nawawi, Yusuf S., dan Tri Indah Winarni, 2009. Karakteristik Dismorfologi Pada    Pasien Dengan Kelainan Kromosom Seks. http://eprints.Undip.ac.id/7490/1/.    Diakses pada tanggal 10 April 2013, Pukul 20.00 WITA. Makassar.

Suryo, 2010. Genetika Manusia. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.
Susanto, Agus H., 2011.Genetika. Graha Ilmu. Yog

Saturday, May 4, 2013

Makalah Oseanologi Pendahuluan (Kimia Oseanografi)



MAKALAH OSEANOLOGI PENDAHULUAN

TENTANG

“KIMIA OSEANOGRAFI”



KATA PENGANTAR
                  Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya yang dilimpahkan, akhirnya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kimia Oseanografi ” ini dapat diselesaikan pada waktunya. Makalah ini dibuat secara terstruktur dengan tujuan agar dapat memberikan informasi yang bermanfaat dan untuk memenuhi tuntutan tugas dari dosen pengajar mata kuliah oseanologi pendahuluan.
                  Penyusun menyadari bahwa makalah ini sangatlah jauh dari sempurna, hal ini tidak lepas dari kurangnya pengetahuan serta pengalaman sebagai penyusun. Untuk itu, penyusun dengan terbuka menerima segala kritik dan saran. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua khususnya bagi teman-teman mahasiswa program studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.



                                                                                        Makassar, 22 April 2013


                                                                                                    Penyusun







DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................ i 
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
 1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................. 1
BAB II : PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Air Laut.............................................................................  2
II.2 Komposisi Kimia Air Laut ................................................................   2
II.3 Kimia Organik Dalam Air Laut .......................................................... 6
BAB III : PENUTUP
III.1 Kesimpulan .......................................................................................  8
III.2 Saran .................................................................................................. 8
 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 9





BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

                  Oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai salah suatu ilmu yang mempelajari lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah meupakan suatu ilmu yang murni, tetapi merupakan perpaduan dari bermacam-macam ilmu-ilmu dasar yang lain. Ilmu-ilmu  lain yang termauk di dalamnya ialah ilmu tanah (geology), ilmu murni (geography), ilmu fisika, ilmu kimia, ilmu biologi, dan ilmu iklim (Hutabarat dan Stewart, 1985).
                  Lautan merupakan suatu tempat mata pencaharian bagi orang-orang Asia Tenggara yang telah berumur berabad-abad lamanya. Tidak di mana pun juga hal ini benar-benar dapat dilihat di Indonesia di mana Negara ini terdiri dari lebih kurang 13.000 pulau yang tersebar dan memiliki potensi sumber daya yang kaya. Oleh karena itu sangat dibutuhkan pengelolaan yang berkelanjutan, sehingga sangat penting bagi kita untuk mempelajari oseanografi. Dalam makalah ini, penyusun hanya menjelaskan masalah oseanografi dalam bidang kimia.

I.2 Tujun Penulisan

                  Tujuan dari penulisan ini adalah Untuk mengetahui kajian tentang Air Laut dilihat dalam aspek kimia dan untuk mengetahui Sumber-sumber kimia dalam lautan.



BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Air Laut

                  Air laut pada umumnya terdiri dari 96,5% air laut murni dan sisanya unsur-unsur lain sifat Air Air adalah zat yang mengelilingi semua organisme laut. Juga merupakan bagian terbesar pembentuk tubuh tumbuh-tumbuhan dan binatang/hewan laut. Air juga merupakan medium tempat terjadinya berbagai reaksi kimia, baik di dalam maupun di luar tubuh organisme laut.
                  Air adalah suatu zat pelarut yang bersifat sangat berdaya guna, yang mampu melarutkan zat-zat lain dalam jumlah yang lebih besar daripada zat cair lainya. Sifat ini dapat dilihat dari banyaknya unsur-unsur pokok  yang terdapat dalam air laut. Diperkirakanhampir 50 trilliun metrik ton garam yang larut dalam air laut.  

II.2 Komposisi Kimia Air Laut

                  Komposisi Kimia Air murni merupakan suatu persenyawaan kimia yang sangat sederhana yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) yang berikatan dengan satu atom Oksigen (O). Atom- atom hiodrogen terikat ke atom oksigen secara asimetris sedemikian rupa sehingga kedua atom hidrogen berada di satu ujung sedangkan atom oksigen berada di ujung lainya. Ikatan antara atom hidrogen dan oksigen dilakukan pemakaian elektron secara bersama yaitu setiap atom hidrogen memiliki satu elektron yang dipakai secara bersama-sama dengan atom oksigen. Sifat polar molekul air ini mengakibatkan tempat kedudukan hidrogen yang positif akan menarik tempat kedudukan oksigen yang negatif dari molekul air yang lain. Ikatan seperti ini disebut ikatan hidrogen, yang terjadi diantara dua molekul air yang berdekatan. Kekuatan ikatan ini sangat lemah, hanya 6 persen dari kekuatan ikatan antara atom oksigen dan atom hidrogen dalam sebuah molekul air dan ikatan ini mudah lepas sekali tetapi juga mudah terbentuk kembali. Unsur-unsur utama dalam air dapat dilihat pada Tabel.
Tabel 1 Unsur utama dan unsur yang jarang dari air laut.
ION
PERSEN BERAT
a. utama

Klor (Cl-)
Natrium (Na+)
Sulfat (SO42-)
Magnesium (Mg2+)
Kalsium (Ca2+)
Kalium (K+)
Sub total
55.04
30.61
7.68
3.69
1.16
1.10
99.28
b. jarang
Bikarbonat (HCO3-)
Bromida (Br-)
Asam borat (H3BO3)
Stronsium (Sr2+)
Sub total
0.41
0.19
0.07
0.04
0.71
Total
99.99
                 
                  Air laut juga mengandung sejumlah besar gas-gas udara  terlarut. Semua gas-gas yang ada di atmosfer dapat dijumpai di dalam air laut, walaupun jumlah mereka ini terdpat dalam perbandingan yang tidak sama seperti yang ada di udara (Hutabarat dan Stewart, 1985).
Tabel 2 Perbandingan Jumlah Kandungan Gas-gas Yang Terdapat di Atmosfer Dengan Yang Terlarut di Dalam Air Laut.
Jenis gas
Konsentrasi di atmosfer (cm3/liter udara)
Konsentrasi di dalam air laut ( cm3/liter air)
Nitrogen
780.90
13
Oxygen
209.50
2 - 8
Argon
9.32
0.32
Carbon dioxide
0.30
50
Neon
182 x 10-4
1.8 x 10-4
Helium
52 x 10-4
5.0 x 10-5
Krypton
10 x 10-4
6.0 x 10-5
Xenon
8 x 10-5
7.0 x 10-6


II.2.1 Salinitas
                  Air laut mengandung 3,5% garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel - partikel tidak terlarut. Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air laut (densitas, kompresibilitas, titik beku, temperatur dimana densitas menjadi maksimum) beberapa tingkat tapi tidak menetukannya. Garam-garamaman utama yang terdapat dala air laut adalah klorida (55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potassium (1%) dan sisanya (<1%) terdisi dari bikarbonat, bromide, asam borak, strontium dan florida. Tiga sumber utama dari garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal di laut dalam.
                  Tinggi rendahnya kadar garam (salinitas) sangat tergantung kepada faktor-faktor berikut:
a.    Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di sutu wilayah, maka salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya.
b.    Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu daerah wilayah laut maka salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan yang turun salinitas akan tinggi.
c.    Banyak sedikitnya sungai yang bermuara  di laut tersebut, main banyak yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan sebaliknya makin sedikit sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitasnya akan tinggi.
            Air laut adalah air murni yang didalamnya terlarut berbagai zat padat dan gas. Satu contoh air laut seberat 1.000 g akan berisi kurang lebih 35 g senyawa-senyawa terlarut yang secara kolektif disebut garam. Dengan kata lain, 96.5 persen air laut berupa air murni dan 3.5 persen zat terlarut. Banyaknya zat terlarut disebut dengan salinitas. Ilmuwan dalam bidang biologi dan oseanografi, pada umumnya lebih suka mengatakan salinitas dengan satuan satu per seribu. Oleh karena itu, suatu sampel air laut yang khas seberat 1.000 g yang mengandung 35 g senyawa-senyawa terlarut mempunyai salinitas 35 per seribu. Zat terlarut meliputi garam-garam anorganik, senyawasenyawa organik yang berasal dari organisme hidup dan gas-gas terlarut. Fraksi terbesar dari bahan terlarut terdiri dari garam-garam anorganik yang berwujud ion-ion. Salinitas pada berbagai tempat di lautan terbuka yang jauh dari daerah pantai variasinya sempit saja, biasanya antara 34-37 ‰, dengan rata-rata 35 ‰. Perbedaan salinitas terjadi karena perbedaan dalam penguapan dan presipitasi.

II.2.2 pH Air Laut

·         Air laut sedikit basa.

·         pH antara 7,5 - 8,4. 

·         pH rata-rata semua laut = 7,8.     

II.3 Kimia Organik Dalam Air Laut

                  Materi organik adalah semua senyawa yang mengandung karbon termasuk substansi yang dihasilkan dari proses hidup (kayu, kapas, wol), minyak bumi, gas alam (metan), cairan pelarut/pembersih, fiber sintetik dan plastik.
                  Karbon merupakan bahan dasar dari semua bahan organik. Selain itu, karbon ditemukan sebagai gas karbondioksida dan sebagai karbonat. Karbon juga terdapat pada bahan bakar fosil (batu bara, gas alam, dan minyak). Tumbuhan hijau menangkap karbondioksida (CO2) dan mereduksinya menjadi senyawa organik: Jumlah oksigen (dalam mg/l atau ppm) yang digunakan mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik yang degradable (dapat terurai) biasanya menjadi tolok ukur terjadinya pencemaran atau beban bahan organik di perairan. Kriteria ini dikenal sebagai Biochemical Oxygen Demand (BOD). Sebuah indeks jumlah oksigen yang digunakan organisme untuk metabolisme makanannya baik secara biologi maupun melalui proses kimiawi. Walaupun ada yang menterjemahkan BOD sebagai Biological Oxygen Demand akan tetapi sebenarnya proses yang terjadi bukan hanya proses biologi tapi juga proses kimiawi. Jumlah BOD yang tinggi menunjukkan banyaknya bahan organik. Bila air memiliki BOD  rendah secara  umum berarti  jumlah limbah bahan organiknya
 rendah sepanjang limbahnya adalah limbah yang degradable.
                  Gas oksigen sangat penting karena mereka sangat dibutuhkan bagi kehidupan hewan-hewan air. Umumnya gas ini banyak berada di lapisan permukaan, oleh karena gas oksigen yang berasal dari udara didekatnya dapat secara langsung larut (berdifusi) ke dalam air laut.
                 














BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

                  Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah  bahwa di dalam air laut terkandung  unsur-unsur penting  yang merupakan sumber dari beberapa zat kimia penting dan ini adalah salah satu sumber alam yang pertama kali dikelola manusia.

III.2 Saran

                  Saran saya yaitu agar  makalah ini dapat digunakan dan dirawat dengan baik, karena memuat informasi yang dapat bermanfaat buat kita semua..
                 
                 











DAFTAR PUSTAKA

Hutabarat, Sahala, dan Stewart M. Evans, 1985. Pengantar Oseanografi.   Universitas Indonesia Press,     Jakarta.
Sofiyani, Isnaini, dkk., 2009.. Bahan Organik Di Laut. Makalah Oseanografi         Kimia. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjadjaran,        Bandung.
Alfiah, Taty, 2009. Fisik-Kimia Oseanografi. Mata Kuliah Pencemaran Laut.         Teknik Lingkungan. Institut Teknologi Adhi Tama             Surabaya,        Surabaya.