Thursday, July 28, 2016

Korelasi hubungan antara panjang dan berat



BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
                Manusia hidup tidaklah secara permanen, melainkan terus berubah-ubah. Mulai dari pembuahan, menjadi janin, bayi, lahir, dewasa, dan akhirnya mati. Saat bayi lahir, belum memiliki kemampuan apapun kecuali menangis. Dengan cara berinteraksi secara terus-menerus dengan lingkungan sekitar, bayi akan lebih menyempurnakan diri, hingga bayi tersebut mengalami perubahan fisik sampai menjadi lebih seimbang. Seiring berjalannya waktu, bayi tersebut terus mengalami perubahan. Perilaku dan keterampilannya juga semakin berkembang. Bayi tersebut mulai bisa melakukan hal-hal tertentu, seperti membalikan badan, duduk, merangkak, berdiri dan akhirnya bisa berjalan dan berlari (Waphalim, 2012).
            Setiap organisme dialam akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Perkembangan meliputi 3 proses yaitu morfognesis, diferensiasi dan pertumbuhan, sedangkan pertumbuhan itu sendiri merupakan peningkatan ukuran organisme sebagai akibat dari pertambahan (pembelahan) jumlah sel, volume, ukuran dan banyaknya matriks intraselluler selnya. Akibat dari pertumbuhan adalah terjadinya pertambahan panjang, lebar diameter dan dengan secara pasti akan diikuti pertambahan berat orgnisme (Umar, 2013).
            Dengan adanya percobaan ini, akan dibuktikan apakah ada hubungan antara pertumbuhan dan perkembangan, khususnya pada biji rambutan Nephelium lappaceum L.


I.2 Tujuan Percobaan
            Tujuan dari percobaan ini yaitu:
a.         Untuk mengetahui apakah ada hubungan korelasi antara anjang dengan penambahan berat dari suatu sampel yang diukur.
b.         Mengenalkan dan melatih mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang berhubungan dengan parameter fisik dalam lingkungan.

I.3 Waktu Percobaan
            Percobaan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 21 Maret 2013, Pada pukul 14.30-17.00 WITA, Bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

            Perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju. Elizabeth B. Hurlock dalam bukunya Psikologi Perkembangan (1980), mengartikan Perkembangan adalah serangkaiaan perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman . Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), ini berarti mekar terbuka atau membentang; menjadi besar, luas, dan banyak, serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan sebagainya Pertumbuhan sendiri (growth) berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga dapat berarti sebuah tahapan perkembangan (a stage of development) (Waphalim,2012).
            Biomassa tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman. Ini didasarkan atas kenyataan bahwa taksiran biomassa (berat) tanaman relatif mudah diukur dan merupakan integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya. Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indicator pertumbuhan maupun parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atas perlakuan yang diterapkan (Sitompul dan Guritno,1995).
            Sebagai contoh proses yang terjadi pada sebuah tanaman buah tanaman buah dari bibit pohon yang kecil menjadi besar dengan pohon rindang, daun lebat, dan daun yang ranum. Dalam proses tersebut menunjukkan kedua proses pertumbuhan dan perkembangan. Karena dalam pertumbuhan tinggi dan bertambahnya volume pohon, terdapat juga proses perkembangan yaitu berupa perubahan sel-sel didalam pohoon menuju tahap lebih dewasa sehingga akhirnya mampu menghasilkan buah. Jadi perbedaan pertumbuhan dan perkembangan terletak pada proses yang dialami oleh makhluk hidup tersebut dan proses antara pertumbuhan dengan perkembangan berjalan secara beriringan dan tidak terpisahkan satu sama lain. Sehingga pertumbuhan dapat diukur secara kuantitatif sedangkan perkembangan dapat diukur dengan cara kualitatif (Anonim, 2012).
            Pertumbuhan berfungsi sebagai tombol yang mengendalikan tingkat sintesis substrat menjadi biomassa tanaman. Apabila efesiensi “konversi substrat” (pertumbuhan) rendah, maka produk biomassa tanaman akan sedikit dan akhirnya hasil tanaman akan rendah. Pembentukan awal organ-organ ini dengan demikian tergantung kepada cadangan karbohidrat dan unsur hara dalam biji serta efesiensi metabolism. Tanaman kemudian tumbuh dan berkembang mengikuti program ontogeny dimana aktivitas dari proses-proses yang mendukung pertumbuhan disinkronisasi sedemikian rupa dengan membentuk biomassa tanaman maksimal sesuai dengan kondisi lingkungan (Sitompul dan Guritno, 1995).
            Pada dasarnya pertumbuhan manusia itu berbeda satu dengan yang lainnya karena mereka memiliki perbedaan genetik dan asupan dari masing-masing manusia. Sehingga bisa dikatakan bahwa faktor dari pertumbuhan manusia itu sendiri merupakan hal penting dalam perkembangan manusia (Waphalim, 2012) Faktor-faktornya adalah :
1. Faktor Genetik (Keturunan)
            Faktor ini merupakan factor utama yang dimiliki oleh seorang manusia dalam awal pertumbuhannya. Faktor ini sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhannya dari bayi sampai dewasa. Biasanya factor genetik ini susah untuk diubah, karena sudah terbentuk dan melekat pada si manusia sejak mereka lahir. Dan sekalipun bisa diubah itu memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengubahnya. Contoh faktor-faktor genetik manusia ; postur tubuh, warna rambut, warna kulit, sifat, tempramen dan lain-lain.
2. Faktor Asupan
            Faktor ini juga mempengaruhi dalam proses pertumbuhan manusia. Dengan pemberian asupan seperti makanan, vitamin, buah-buahah, sayuran,dll secara teratur dalam proses pertumbuhannya maka akan terbentuklah manusia yang sehat, baik sehat fisik dan sehat psikis. Asupan juga berpengaruh dengan cara berfikir, pertumbuhan badan, dan lain-lain.
3. Faktor Lingkungan
            Setelah kedua faktor diatas telah dilewati segeralah anda mengetahui factor yang satu ini, factor lingkungan merupakan cara pembelajaran para manusia dalam pembangunan karakter secara alamiah dengan kata lain proses belajarnya secara otomatis. Maka dengan itu lingkungan berpengaruh dalam pembangunan sifat dan karakter mereka. Perkembangan anak tidak berlangsung secara makanis-otomatis sebab perkembangan terjadi sangat bergantung pada beberapa faktor secara simultan (Waphalim, 2012) Faktor tersebut antara lain :
1. Faktor hereditas (warisan sejak lahir/ bawaan)
            Hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orangtua kepada anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma) sebagai pewarisan dari pihak orangtua melalui gen-gen.
2. Faktor lingkungan
            Urie Bronfrenbrenner & Ann Crouter mengemukakan bahwa lingkungan perkembangan merupakan “berbagai peristiwa, situasi atau kondisi di luar organism yang diduga mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perkembangan individu”.
            Suatu koefesien korelasi adalah sebuah angka yang menyatakan sampai seberapa jauh dua hal berhubungan dan seberapa jauh variasi-variasi dalam sebuah pengukuran searah dengan variasi-variasi lain. Agar setiap korelasi berarti, setiap variabel dalam pasangan harus mengikuti sebuah distribusi normal. Sebagai contoh, koefesien korelasi yang dihitung dari berta ikan muda dan sangat tua akan tidak berlaku. Sementara itu adalah benar bahwa umur dan berat ikan memiliki hubungan kuat, ikan meningkat dlam berat saat dia tumbuh, dalam contoh ini umur ikan tidak akan mengikuti sebuah disrtibusi normaljika hanya ekstrim-ekstrim yang dipertimbangkan. Hal itu harus diingat bahwa koefesien korelasi semata-mata menunjukkan keberadaan dan ketidakberadaan sebuah hubungan, apakah positif atau negative, antara dua variabel (Michael, 1999).
            Dalam suatu penelitian, sampel yang dikumpulkan harus data yang benar, dan cara pengumpulan (sampling) data tersebut harus dilakukan dengan benar dan mengikuti metode dan tata cara yang benar sehingga kesimpulan hasil penelitian yang dapat dipercaya. Prosedur pengambilan sampel yang menghasilkan kesimpulan terhadap populasi yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dikatakan berbias. Untuk menghilangkan kemungkinan bias ini maka sampel harus diambil berdasarkan  prosedur khusus khusus (Spesific procedures) (Soewarno, 1991).

Laporan lengkapnya dapat diunduh disini

Wednesday, July 27, 2016

Kelembaban Relatif Udara Pada Tempat Yang Berbeda



BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
             Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan dan selalu berubah dari waktu ke waktu. Komponen yang konsentrasinya paling bervariasi adalah air yang berupa uap air. Jumlah air yang terdapat di udara bervariasi tergantung dari cuaca dan suhu. Udara dalam istilah meteorologi disebut juga atmosfir yang berada di sekeliling bumi yang fungsinya sangat penting bagi kehidupan di dunia ini. Atmosfir merupakan campuran gas-gas yang tidak bereaksi satu dengan lainnya (innert). atmosfir terdiri dari selapis campuran gas-gas, sehingga sering tidak tertangkap oleh indera manusia kecuali apabila berbentuk cairan (uap air) dan padatan (awan dan debu). Lapisan atmosfir mempunyai ketinggian sekitar 110 km dari permukaan tanah dan bagian terbesar berada di bawah ketinggian 25 km, karena tertahan oleh gaya gravitasi bumi (Anonim, 2011).
            Kelembaban merupakan salah satu kaktor lingkungan abiotik yang berpengaruh terhadap aktivitas organisme di alam. kelembaban merupakan jumlah uap air di udara, sedangkan  kelembaban mutlak adalah sejumlah uap air dalam udara yang dinyatakan sebagai berat air persatuan udara (misanya gram per kilogram udara). Jumlah uap air yang tersimpan di udara (pada kejenuhan) dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan, sehingga kelembaban nisbi adalah persentase uap air yang sebenarnya ada dibandingkan dengan kejenuhan dibawah
temperatur dan tekanan tertentu (Umar, 2013).
I.2 Tujuan Percobaan
            Tujuan dari percobaan ini ialah:
a.       Untuk mengetahui perbedaan kekembaban relatif udara pada tempat/ lokasi yang berbeda dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
b.      Untuk melatih keterampilan mahasiswa dalam membaca dan mengoperasikan peralatan sederhana dalam mengukur kelembaban udara relatif.

I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
            Percobaan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 4 April 2013, Pada pukul 14.30-17.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Biologi dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin.















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
                Kelembaban udara ditentukan oleh jumlah uap air yang terkandung di dalam udara. Di dalam atmosfer terdapat H2O dalam bentuk uap atau gas, cairan atau air dan salju atau es dalam bentuk padat. Banyaknya uap air yang dikandung udara tidak sama di berbagai tempat. Setiap saat ada uap air yang masuk dan dilepas oleh atmosfer (Anonim, 2011).
            Komponen yang paling banyak di dalam udara adalah oksigen, nitrogen, dan uap air. Oksigen dan nitrogen tidak mempengaruhi kelembaban udara, sedangkan kandungan uap air sangat berpengaruh terhadap kelembaban udara. Udara yang kurang mengandung uap air dikatakan udara kering, sedangkan udara yang mengandung banyak uap air dikatakan udara lembab (Hasibuan, 2005).
            Kelembaban merupakan salah satu faktor ekologis yang mempengaruhi aktivitas organisme seperti penyebaran, keragaman harian, keragaman harian, keragaman vertical dan horizontal. Tinggi rendahnya kelembaban udara di suatu tempat sangat bergantung pada beberapa faktor sebagai berikut yaitu (Umar, 2013):
a. Suhu
b. Tekanan Udara
c. Pergerakan angin
d. Kuantitas dan Kualitas Penyinaran
e. vegetasi
f. Ketersediaan air disuatu tempat (air tanah, perairan).

Laporan lengkapnya dapat diunduh disini

Pola Penyebaran Individu Dalam Populasi



BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
            Lingkungan memperlihatkan keragaman besar dalam suatu daerah yang luas. Denagan mengingat hal ini, penyebaran hewan tidak memperlihatkan keseragaman. Mereka akan berkumpul dalam daerah yang paling sesuai dan terdapat dalam jumlah kecil, atau tidak ada sama sekali dalam lingkungan yang tidak menyenangkan. Bahkan dalam suatu habitat yang menyenangkan, mereka bisa memiliki pola sebaran yang berbeda. Hewan-hewan dapat hidup dalam kelompok  atau agregat, tersebar secara acak, atau ditemukan lebih kurang secara seragam di seluruh daerah. Dalam kebanyakan penelitian, suatu daerah acak diasumsikan bilamana memutuskan  jumlah sampel yang diambil. Ini karena sebaran acak adalah suatu kondisi peralihan; dengan demikian suatu kesalahan bisa timbul dari asumsi demikian akan lebih rendah daripada yang timbul dari asumsi dua keadaan lain (Michael, 1999).
            Pola-pola penyebaran adalah khas untuk setiap spesies dan jenis habitat. seringkali dilakukan pendeteksian faktor-faktor sebab bagi suatu pola penyebaran tertentu. Penyebaran spesies di dalam suatu komunitas mencerminkan informasi yang banyak mengenai hubungan antara spesies. Jenis penyebaran mempengaruhi rencana pengambilan sampel dan cara analisis data. Perubahan dalam penyebaran harus selalu diperlihatkan bersamaan dengan ukuran populasi. Sebagai contoh, ukuran , persaingan, kematian, dan sebagainya, dapat mengurangi ukuran populasi  dan mengubah pola dari satu agregasi  ke pola acak (Michael, 1999).
           
            Berdasarkan pengamatan tersebut, maka dilakukanlah percobaan pola penyebaran individu dalam populasi ini.
I.2 Tujuan Percobaan
            Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk   menentukan   pola   penyebaran   individu   dalam  populasi  dengan
    mengunakan Indeks Morisita.
2.    Melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dalam menghitung pola penyebaran individu dalam populasi.

I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
            Percobaan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 18 April 2013, Pukul 14.30-17.00 WITA, diantaranya Pengamatan di lapangan bertempat di samping Laboratorium Biologi Dasar pada pukul 15.00-15.30 WITA dan di Laboratorium pada pukul 15.30-17.00 WITA, Bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Selengkapnya dapat diunduh disini

Metode Sampling Biotik Untuk Menduga Populasi Hewan Bergerak



BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
            Satu organisme dikenal sebagai individu  dan populasi merupakan sekumpulan organisme sejenis yang berinteraksi pada tempat dan waktu yang sama. Jumlah individu sejenis yang terdapat pada satuan luas tertentu dinamakan kepadatan populasi. Antara populasi yang satu dengan populasi yang lain selalu terjadi interaksi, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu komunitas. Bertambahanya anggota populasi menyebabkan kepadatan bertambah, sehingga antar individu arus bersaing untuk mencukupi kebutuhannya (Ferial, 2013).
            Hewan-hewan dalam suatu komunitas tidak terlalu mudah diambil sampelnya seperti tanaman karena mobilitas dan keragamannya. Diantara komunitas tumbuhan, kehidupan hewan memperlihatkan stratifikasi, namun stratifikasi ini tidaklah kaku. Hewan-hewan berpindah dari satu tingkat ke tingkat lannya dalam pencarian makanan atau karena perubahan dalam faktor-faktor abiotik lingkungan (Michael, 1999).
            Komunitas hewan berbeda dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya, dan memerlukan berbagai tata cara dan peralatan untuk menelitinya. Tata cara umum disebutkan disini. Ini dapat dimodifikasi seperlunya untuk studi jenis-jenis komunitas yang berbeda. Ini penting, tidak hanya mengamati dan mencatat jenis, namun juga lokasi dan jumlah hewan yang ada. Keterangan seperti ini penting untuk menentukan kepentingan relatif setiap kelompok hewan dalam komunitas, dan hubungan-hubungan yang ada (Michael, 1999).
I.2 Tujuan Percobaan
            Tujuan dari praktikum ini adalah sebgai berikut:
a.    Untuk menduga/mengetahui populasi dari suatu arela dengan menggunakan metode Lincoln-Peterson dan metode Zippin.
b.    Melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dalam analisis populasi.

I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
            Percobaan ini dilaksanakan pada hari Rabu dan Kamis, 10 dan 11 April 2013 pada pukul 06.00 – 07.30 WITA bertempat di Danau Unhas. Adapun percobaan di Laboratorium dilaksanakan pada hari Kamis, 11 April 2013 pada pukul 14.00-17.00 WITA bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
            Populasi merupakan suatu kelompok individu dari spesies yang sama yang menempati suatu tempat dan waktu tertentu, yang dapat berbiak silang dengan sesamanya dan menghasilkan keturunan yang fertil di alam. Istilah kepadatan akan dipakai bila yang diukur jumlah individu hewan, sedangkan istilah kerapatan dipakai bila yang diukur jumlah individu tumbuhan. Kelimpahan populasi merupakan besaran yang menyatakan jumlah individu spesies yang menempati suatu daerah tertentu. Kepadata populasi merupakan besaran yang menyatakan banyaknya individu dalam populasi yang dihubungkn dengan satuan ruang atau tempat dalam waktu tertentu. Ukuran dapat dinyatakan dalam jumlah individu persatuan luas, volume, ukuran berat atau pun biomassa (basah atau kering). Kepadatan relatif merupakan proporsi antara jumlah total individu populasi atau spesies per total individu semua spesies dalam suatu tempat (Umar, 2013).
            Umumnya, ada tiga cara dasar dapat digunakan dalam perkiraan jumlah dan biomassa hewan bergerak, yaitu Pengambilan sampel dengan pemindahan (Pengambilan sampel relatif) dengan penjeratan dan pengumpulan, Hitungan total dari kuadrat (pengambilan sampel mutlak), tata kerja penandaan dan penangkapan kembali (Michael, 1999).
            Salah satu hal yang menakjubkan dalam penelitian ialah kenyataan bahwa kita dapat menduga sifat-sifat suatu kumpulan objek penelitian hanya dengan mempelajari dan mengamati sebagian dart kumpulan itu. Bagian yang diamati itu disebut sampel, sedangkan kumpulan objek penelitian disebut populasi. Objek penelitian dapat berupa orang, umpi, organisasi, kelompok, lembaga, buku, kata-kata, surat kabar dan lainlain. Dalam penelitian, objek penelitian ini disebut satuan analisis (units of analysis) atau unsur-unsur populasi (Anonim, 2013).
            Pemindahan untuk pengambilan sampel dengan jerat pengumpulan (Pengambilan sampel relatif) Prinsip yang mendasari cara ini adalah bahwa jumlah hewan yang terambil yang diketahui pada setiap saat mempengaruhi penangkapan berikutnya, dan laju tatkala penagkapan luput akan berbanding langsung dengan ukuran populasi total. Pada saat menerapkan cara ini, haruslah cermat untuk memastikan cara pengankapan tidak lebih menaikkan atau menurunkan kemungkinan seekor hewan terkumpul (Michael, 1999).
            Pengumpulan dengan jaring vegetasi, jarring-jaring penyapu umumnya digunakan untuk mengambil sampel serangga vegetasi. Ini adalah cara yang sederhana dan cepat untuk pengambilan sampel. Kekuranganya adalah bahwa hanya serangga-serangga yang tidak terjatuh atau kabur pada saat si pengumpul mendekati vegetasi, yang dapat ditangkap. Jaring-jaring penyapu adalah jaring-jaring untuk serangga yang lincah, yang biasaya terbuat dari bahan katun yang tebal, Mulutnya umumnya bulat, namun mulut yang berbentuk huruf  berbentuk huruf-D (sekitar 30 cm) adalah ideal untuk digunakan dalam tanah ladang, atau di atas vegetasi yang rendah (Michael, 1999).
            Botol pembunuh digunakan untuk membunuh hama serangga yang tertangkap sebelum diproses lebih lanjut. Botol pembunuh ini terbuat dari gelas ataupun plastik yang memiliki tutup yang rapat dan memiliki mulut yang lebar. Pada dasar botol diberi cairan pembunuh seperti ether atau chloroform. Di antara cairan pembunuh dengan ruang pembunuh diberikan pembatas berupa saringan (seperti saringan pada penanak nasi) dan kapas  (Pribadi dan Illa, 2010).
            Bila jumlah unsur populasi itu terlalu banyak, padahal kita ingin sekali
menghemat biaya dan waktu,  kita harus puas dengan sampel. Karakteristik sampel disebut statistik. Kita sebetulnya tidak tertarik pada statistik. Kita ingin menduga secara cermat parameter dart statistik. Metode pendugaan inilah yang dikenal sebagai teori sampling. Ini berarti sampel harus mencerminkan semua unsur dalam populasi secara proporsional. Sampel seperti itu dikatakan sampel tak bias (unibased sample) atau sampel yang representatif. Sebaliknya sampel bias adalah sampel yang tidak memberikan kesempatan yang sama pada semua unsur populasi untuk dipilih (Anonim, 2013).
            Cara Ideal  untuk memperkirakan ukuran populasi apa pun adalah membuat suatu hitungan total individu. Bila ini mungkin dalam studi populasi tanaman, namun tidak mungkin dalam populasi hewan. Pergerakan hewan dapat menyebbkan hewan yang sama terhitung dua kali. Banyak diantaranya memiliki perilaku sekretif dan akan sukar untuk dilacak. Bilamana sampel suatu populasi diperoleh, adalah mungkin untuk membuat perhitungan, pengukuran, atau pemerian yang tepat mengenai populasi itu. Maksud pengambilan sampel adalah mengukur sifat populasi total melalui sifat bagian kecil dari populasi. Dengan demikian , jenis pengambilan sampel yang dibuat menjadi penting dalam analisis populasi (Michael, 1999).
            Metode Capture-Recapture (Tangkap-tandai-lepas-tangkap kembali-lepas) merupakan metode yang sudah popular digunakan untuk menduga ukuran populasi dari suatu  spesies   hewan yang bergerak cepat seperti ikan, burung, atau mamalia kecil. Adapun metode capture-recapture yang biasa digunakan antara lain Metode Lincoln-Peterson (Umar, 2013).
            Serangga, seperti kupu-kupu  dapat ditandai dengan mengusap sisik-sisik daerah yang kecil pada permukaan atas sayap dengan sebelah kanan dan meletakkan label kecil pada daerah ini. Label harus dipotong dari kertas tipis sedimikian sehingga tidak mempengaruhi daya terbang serangga. Kutu busuk dan serangga-serangga kecil yang hampir sama dapat ditandai dengan setitik kecil cat minyak (Michael, 1999).
            Metode removal sampling tanpa pengembalian, metode ini merupakan metode pendugaan yang dilakukan tanpa melepaskan kembali hewan  yang telah
disampling. metode ini diantaranya adalah, Metode Zippin. Prosedur pendugaan ukuran populasi metode ini membutuhkan lebih sedikit periode sampling daripaa metode Hayne. Metode pendugaan zippin dapat dilakukan dengan cara, pada penangkpan pertama sejumlah hewan tidak dilepaskan kembali (n1), kemudian dalam jangka waktu tertentu dilakukan kembali penagkpan kedua dan juga hewan tidak dilepaskan kembali (n2). Sehingga dengan menggunakan persamaan zippin dapat diduga populasi hewan dalam suatu areal (Umar, 2013).
            Memang, sampel mungkin menunjukkan karakteristik yang menyimpang dari karakteristik populasi. Penyimpangan dari karakteristik populasi disebut galat sampling (sampling error). Jadi, galat sampling adalah perbedaan antara hasil yang diperoleh dari sampel dengan hasil yang didapat dari sensus (Neter, Wasserman, Whitmore, 1979: 195). Statistik dapat membantu kita menentukan sampling error hanya bila kita menggunakan sampel tak bias. Sampel tak bias adalah sampel yang ditarik berdasarkan probabilitas (probability sampling). Dalam sampel probabilitas, setiap unsur populasi mempunyai nilai kemungkinan tertentu untuk dipilih. Karena sampel ini mengasumsikan kerandoman (randomness), maka sampel probabilitas lazim juga disebut sebagai sampel random. Bila kita mengambil sampel tertentu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, kita memperoleh sampel pertimbangan (judgemental sampling), disebut juga sampel non-probabilitas. Untuk kedua jenis sampling ini, ada beberapa alternatif teknik penelitian sampel. Teknik penarikan sampel sering disebut rencana sampling atau rancangan sampling (sampling design) (Anonim, 2013).
           

BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1     Alat
            Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah Botol ukuran 600 ml dan  sweeping Net (jaring serangga).

III.2     Bahan

            Bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain Serangga, tinta cina, dan alkohol 70%.

III.3    Cara Kerja
Cara kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut  :
a.    Memilih lokasi yang akan diamati ,kemudian menangkap serangga   menggunakan  jaring serangga (sweeping net).
b.    Melakukan penangkapan beberapa kali kemudian hasil tangkapan diberi tanda pada bagian tubuh tertentu yang kemudian dilepaskan kembali.
c.    Melakukan penangkapan pada hari kedua di tempat yang sama, hitung jumlah serangga yang di dapat dan carilah serangga yang memiliki tanda.
d.   Memeriksa atau Menghitung  jumlah hewan yang bertanda yang tertangkap dalam penangkapan kedua.
e.    Menghitung pendugaan populasi dengan menggunakan metode Lincoln – Peterson dan metode Zippin.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Teknik Penarikan Sampel.http://www.uns.ac.id/data/0019a.pdfDiakses pada tanggal      11  April 2013, Pukul 21.23 WITA, Makassar.

Ferial, Eddyman W., 2013. Pengetahuan Lingkungan. Jurusan Biologi. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Michael, P., 1999. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang Dan Laboratorium. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Pribadi, Avry dan Illa Anggraeni (2010). “Mitra Hutan Tanaman” Teknik Koleksi   Dan Identifikasi Serangga Haa Pada Tanaman Hutan.Vol.5 No 3,    Nopember 2010, hal: 99 - 110.

Umar, Muhammad Ruslan, 2013. Modul Bahan Ajar Ekologi Umum. Jurusan Biologi. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Umar, Muhammad Ruslan, 2013. Ekologi Umum Dalam Praktikum. Jurusan          Biologi. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Laporan Lengkapnya dapat diunduh disini