Hubungan Produsen Dan Konsumen Dalam Siklus Karbon Di Perairan
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Unsur
karbon diatmosfer dalam bentuk gas karbon dioksida (CO2),
Konsentrasi (CO2) diatmosfer diperkirakan 0,03%. Karbon dioksida
masuk ke dalam komponen biotik melalui organisme fotoautotrop (tumbuhan hijau)
dan kemoautotrop (bakteri kemoautotrop) dalam proses fotosintesis dan
kemosintesis. Karbon kemudian tersimpan sebagai zat organik dan berpindah
melalui rantai makanan, respirasi dan ekskresi ke lingkungan (Ferial, 2013).
Karbon
dialam selain dalam bentuk bahan organik, umumnya dalam bentuk gas dan batuan
karbonat yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan.
Karbon melalui proses fotosintesis tumbuhan akan diubah menjadi senyawa organik
yang dapat dipergunakan oleh organisme lainya. Tumbuhan sebagai pemakai utama
karbon dan akan kembali lagi ke atmosfer atau air sebagai CO2 sebagai hasil suatu proses metabolimse.
Konsentrasi karbon dioksida (CO2) yang tinggi akan mempengaruhi
tumbuhan dalam mengabsorsbsi air dan unsur hara. Unsur karbon mempunyai
kemampuan saling mengikat antar sesamanya yang merupakan dasar untuk
terbentuknya keragaman dan ukuran molekuler, sehingga tanpa proses ini
kehidupan tidak akan ada (Umar, 2013).
I.2
Tujuan Percobaan
Tujuan
dari percobaan ini yaitu :
a. Untuk mengetahui hubungan antara
prudusen dan konsumen dalam pemanfaatan karbon dalam ekosistem perairan.
b. Mengenalkan dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang berhubungan siklus karbon.
b. Mengenalkan dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang berhubungan siklus karbon.
I.3 Waktu Percobaan
Percobaan
ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 28 Maret 2013, Pukul 14.30-17.00
WITA, Bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Konsentrasi
karbondioksida (CO2) di atmosfer cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada
tahun 1800 konsentrasi karbondioksida di atmosfer telah mendekati angka 280
ppm, yang pada awalnya terjadi peningkatan secara perlahan dan kemudian menjadi
lebih cepat yakni mencapai nilai 367 ppm pada tahun 1999. Nilai ini terus
meningkat sejalan dengan meningkatnya budidaya pertanian dan industri global
(IPCC, 2001). Manusia telah meningkatkan jumlah CO2 yang dilepas ke atmosfer
dengan melakukan pembakaran bahan bakar fosil, limbah padat dan kayu untuk
menghangatkan bangunan, menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada
saat yang sama, jumlah vegetasi yang mampu menyerap karbondioksida semakin
berkurang, akibat perambahan hutan untuk diambil kayunya maupun untuk perluasan
lahan pertanian (Afdal, 2007).
Produsen
darat (tumbuhan) umumnya mendapatkan CO2 dari atmosfer, sedangkan
produsen dalam air memanfaatkan CO2 yang terlarut (sebagai
bikarbonat, HCO3). Kelarutan CO2 dalam air berbeda dengan
oksigen (O2), karena gas ini bereaksi secara kimiawi dalam air.
Contohnya adalah apabila di dalam air laut karbondioksida bereaksi dengan air
menghasilkan asam karbonat, yang kemudian terdissosiasi menjadi ion hydrogen dan
bikarbonat dan pada akhirnya ion bikarbonat terdisosiasi lagi menjadi ion
hydrogen dan karbonat (Umar, 2013).
Mikroorganisme mempunyai peranan
sangat penting dalam peredaran karbon di alam. Peranan sebagai pengurai materi
karbon dalam bentuk zat organik khususnya di dalam pool tanah (litosfer) menghasilkan
persediaan sumber energi berupa minyak bumi atau bahan bakar fosil. Minyak bumi
merupakan hasil dekomposisi bahan organik dari produsen primer di masa lampau
seperti Pembakaran minyak akan menghantarkan karbon memasuki pool udara
(atmosfer) berbentuk gas CO2. Demikian pula pembakaran biologis melalui
pernafasan menghantarkan karbon memasuki pool atmosfer dan perairan
(hidrosfer). Aktifitas mikroorganisme mentransformasi zat karbon melalui 3
jalur yaitu pertama, dekomposisi dan mineralisasi; kedua, imobilisasi dalam
biomassa dan ketiga, pembentukan / formasi humus (Syauqi, 2013).
Meskipun Karbondioksida sangat mudah
larut dalam air, sangat sedikit karbon dioksida sangat mudah larut dalam air,
sangat sedikit karbondioksida berada dalam larutan biasa karena jumlahnya dalam
udara atmosfer sangat sedikit. Selain itu dekomposisi bahan organik dan
pernafasan tumbuhan air dan hewan memberi sumbangan pada karbokdioksida yang
sudah ada. Fotosintesis tumbuhan air, agitasi air, dan penguapan menyebabkan
hilangnya karbondioksida sistem. seringkali karbondioksida bebas terkumpul
dalam jumlah besar pada saat dasar kolam dan danau, sehubungan dengan
penguraian bahan organik . Kelebihan gas demikian akan naik ke permukaan
sebagai massa gelembung, dan gas hilang ke udara (Michael, 1999).
Konsentrasi
karbondioksida (CO2) di atmosfer cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada
tahun 1800 konsentrasi karbondioksida di atmosfer telah mendekati angka 280
ppm, yang pada awalnya terjadi peningkatan secara perlahan dan kemudian menjadi
lebih cepat yakni mencapai nilai 367 ppm pada tahun 1999. Nilai ini terus
meningkat sejalan dengan meningkatnya budidaya pertanian dan industri global
(IPCC, 2001). Manusia telah meningkatkan jumlah CO2 yang dilepas ke atmosfer
dengan melakukan pembakaran bahan bakar fosil, limbah padat dan kayu untuk
menghangatkan bangunan, menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada
saat yang sama, jumlah vegetasi yang mampu menyerap karbondioksida semakin
berkurang, akibat perambahan hutan untuk diambil kayunya maupun untuk perluasan
lahan pertanian. Walaupun lautan dan proses alam lainnya mampu mengurangi
karbondioksida di atmosfer, aktifitas manusia yang melepaskan karbondioksida ke
udara jauh lebih cepat dari kemampuan alam untuk menguranginya. karbon dapat
diambil dan dikembalikan ke atmosfer melalui beberapa cara (Syauqi, 2013) yaitu:
Pengikatan karbon dari atmosfer :
1. Ketika matahari bersinar, tumbuhan
melakukan fotosintesis untuk mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat dan
melepaskan oksigen ke atmosfer. Proses ini akan lebih banyak menyerap karbon
pada hutan dengan tumbuhan yang baru saja tumbuh atau hutan yang sedang
mengalami pertumbuhan yang cepat.
2. Permukaan laut di daerah kutub
memiliki temperatur yang lebih rendah yang memungkinkan CO2 lebih mudah larut.
Selanjutnya CO2 yang larut tersebut akan terbawa oleh sirkulasi termohalin yang
membawa massa air di permukaan yang lebih berat ke lapisan air yang lebih
dalam.
3. Di lapisan air dekat permukaan (uper
ocean), pada daerah dengan produktivitas yang tinggi, organisme membentuk
jaringan yang mengandung karbon dan beberapa organisme juga membentuk cangkang
karbonat dan bagian-bagian tubuh lainnya yang keras. Proses ini akan
menyebabkan aliran karbon ke lapisan air yang lebih dalam.
4. Pelapukan batuan silikat. Tidak
seperti dua proses sebelumnya, proses ini tidak memindahkan karbon ke dalam
reservoir yang siap untuk kembali ke atmosfer. Pelapukan batuan karbonat tidak
memiliki efek netto terhadap CO2 atmosferik karena ion bikarbonat yang
terbentuk terbawa ke laut dimana selanjutnya dipakai untuk membuat karbonat
laut dengan reaksi yang sebaliknya (reverse reaction).
Pengembalian karbon ke atmosfer:
1. Melalui pernafasan (respirasi) pada
tumbuhan dan hewan. Hal ini merupakan reaksi eksotermik dan termasuk juga di
dalamnya penguraian glukosa (atau molekul organik lainnya) menjadi karbon
dioksida dan air.
2.
Melalui pembusukan hewan dan tumbuhan. Fungi atau jamur dan bakteri mengurai
senyawa karbon pada hewan dan tumbuhan yang mati dan mengubah karbon menjadi karbondioksida
jika tersedia oksigen, atau menjadi metana jika tidak tersedia oksigen. Melalui
pembakaran material organik yang mengoksidasi karbon yang terkandung
menghasilkan karbon dioksida (juga yang lainnya seperti asap ).
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan
ini adalah botol selai dan gunting.
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam
percobaan ini adalah Larutan Metilen Blue, Hydrilla
sp, kecebong, karet gelang, plastik bening, label, dan air.
III.3 Cara Kerja
Cara kerja dalam percobaan ini
adalah sebagai berikut :
1. Siapkan
2 seri botol percobaan A dan B yang masing-masing terdiri atas 4 botol dan
diberikan label dengan kode A1,A2,A3,danA4 serta B1,B2,B3,dan B4.
2. isilah
setiap tabung dengan air sampai batas atas tutup botol.
3. Tambahkan
2-3 tetes Metilen Blue kedalam setiap botol.
4. Masukkan
kecebong kedalam botol perlakuan A1B1, kecebong dan hidrilla dalam botol A2B2,
A3B3 hanya hidrilla saja, serta A4B4 sebagai kontrol.
5. 5.Tutuplah
semua botol dengan plastik rapat-rapat.
6. Tempatkan
kelompok A1-A4 ditempat terang dan B1-B4 dikamar gelap.
7. Amati
percobaan tersebut selama 3 hari. dan pada hari ketiga lakukan pertukaran
kelompok B1-B4 pada temapat terang dan A1-A4 pada tempat gelap.
8. Amati
perbahan warna yang terjadi.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
a. Tabel pengamatan
percobaan I kelompok A (terang) dan B (gelap)
Perlakuan
|
A (Terang)
|
B (Gelap)
|
||||
I
|
II
|
II
|
I
|
II
|
III
|
|
A1 B1
|
+
|
- -
|
- - -
|
++
|
+
|
-
|
A2 B2
|
- -
|
- -
|
- - -
|
- - -
|
- -
|
- -
|
A3 B3
|
- - -
|
- - -
|
- - -
|
- - -
|
- -
|
- -
|
A4 B4
|
+++
|
+
|
- - -
|
+++
|
+++
|
+++
|
b. Tabel pengamatan
percobaan I kelompok B (terang) dan A (gelap)
Perlakuan
|
B (Terang)
|
A (Gelap)
|
||||
I
|
II
|
II
|
I
|
II
|
III
|
|
A1 B1
|
-
|
- -
|
- - -
|
- - -
|
- - -
|
- - -
|
A2 B2
|
- -
|
- -
|
- - -
|
- - -
|
- - -
|
- - -
|
A3 B3
|
- -
|
- -
|
- - -
|
- - -
|
- - -
|
- - -
|
A4 B4
|
++
|
+
|
- - -
|
- - -
|
- - -
|
- - -
|
Ket:
A1.B1: Kecebong +++ :
Biru sekali
A2.B2: Hidrilla dan Kecebong ++ : Biru
A3.B3: Hidrilla + :
Biru muda
A4.B4: Kontrol (tanpa perlakuan) --- :
Bening sekali
-- : Bening
-
: Bening kebiruan
IV.2 Pembahasan
Produsen
merupakan organisme yang menduduki tingkat tropik paling pertama, karena
produsen atau tumbuhan dapat membuat makananya sendiri melalui reaksi kimia
(fotosintesis) sedangkan konsumen merupakan organisme yang memanfaatkan
produsen atau dapat dikatakan tidak dapat membuat makananya sendiri melalui
reaksi kimia (heterotrof). Didalam perairan terjadi hubungan antara produsen
dan konsumen dalam pemanfaatan karbon (C), yaitu pada proses fotosintesis,
tumbuhan cenderung akan membutuhkan karbon dalam bentuk karbondioksida (CO2)
yang terlarut dalam perairan dan akan menghasilkan oksigen sedangkan konsumen,
cenderung melepaskan CO2 dan membutuhkan oksigen dalam proses
respirasi. Selain itu, Bahan organik yang dihasilkan dari proses fotosintesis
akan dimanfaatkan konsumen sebagai sumber karbon.
Pada
percobaan tersebut didapatkan data hasil pengamatan yaitu pada kelompok A yang
diletakkan ditempat terang cenderung mengalami perubahan warna yang signifikan
contohnya pada A1 (terang) warnanya yang tadinya biru muda berubah menjadi
bening pada hari II dan sangat bening pada hari ke III, namun kecebong yang ada
dalam botol tersebut mati pada hari I hal ini disebabkan karena kurangnya kadar
oksigen dalam air dan warna biru tersebut hilang dikarenakan karbon dioksida
pada saat itu telah habis. Untuk A2 (terang) pada hari I warnanya berubah
menjadi bening dan kondisi Hidrilla masih segar sedangkan kecebong mati hal ini
disebabkan kurangnya asupan oksigen dari hidrilla kepada kecebong, karena
karbon dioksida yang dipakai hidrilla telah habis, namun pada hari ke III
hydrilla mulai tidak segar. A3 (terang) yang berisi Hidrilla pada hari I warna
air berubah sangat bening dan Hidrilla masih tampak segar namun pada hari ke II
dan III Hidrilla telah tampak tidak segar karena kurangnya asupan CO2.
Pada A4 yang hanya kontrol, pada hari I warnanya masih dalam keadaan sangat
biru sakali, hari ke II berubah menjadi biru dan terjad perubahan yang
signifikan pada hari ke III menjadi sangat bening. Pada B1 (gelap), hari I
warna air masih terlihat biru dan kecebong msih hidup, pada hari ke II air
telah berubah menjadi biru muda dan kecebong telah mati dan pada hari ke III
air berubah menjadi bening. Pada B2 (gelap) Pada hari I air telah berubah
menjadi bening begitu pula pada hari ke
II dan III, namun pada hari ke I kecebong telah mati dan hidrilla masih segar.
Sedangkan pada B4 tidak menunjukkan perubahan warna yang signifikan, airnya
hanya tetap sangat biru. Setelah dilakukan penukaran antara A terang ke A
gelap, dan begitu pula B, maka didapatkan hasil bahwa B (terang) semuanya telah
berubah menjadi bening pada hari ke I,II,dan III kecuali B4 (gelap) yang
menunjukkan warna Biru pada hari I dan bru muda pada hari ke II dan pada har ke
III berubah menjadi bening sekali. Sedangkan pada A (gelap) tidak terjadi
perubahan apa-apa, warnanya semuanya bening sekali dan semua organismenya mati.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengamatan ini diantaranya adalah kadar CO2 yang
terlarut, karena jika kadar CO2 meningkat maka warna biru dari
Metilen blue akan berubah menjadi Sangat
biru dan jika CO2 berkurang maka warna air akan berubah menjadi
bening, selain itu faktor penyinaran matahari, karena dalam perairan siklus CO2
sangat bergantung pada laju fotosintesis yang dipengaruhi penyinaran matahari
dan penyinran matahari juga mempengaruhi suhu perairan, karena dalam percobaan
ini kematian kecebong sangat memprihatinkan pada kelompok A (terang) ini
disebabkan karena suhu yang tinggi pada lantai 3 gedung MKU, Sedangkan pada
kelompok B suhunya stabil berada dalam ruangan. Faktor lainnya yaitu pH air,
karena ada beberapa organisme yang tidak tahan dalam keadaan pH asam atau ada
juga yang tidak tahan terdapap pH basah.
Ditempat
Terang suhunya relatif tinggi sehingga mempengaruhi siklus karbon pada proses
fotosintesis sedangkan pada gelap tidak ada penyinaran langsung dari sinar
matahari karena berada dibawah lindungan ruangan. sehingga faktor tersebut
sangat berpengaruh besar terhadap hubungan organisme dengan tempat terang dan
tempat gelap..
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Jadi,
dari hasil percobaan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Didalam
perairan terjadi hubungan antara produsen dan konsumen dalam pemanfaatan karbon
(C), yaitu pada proses fotosintesis, tumbuhan cenderung akan membutuhkan karbon
dalam bentuk karbondioksida (CO2) yang terlarut dalam perairan dan
akan menghasilkan oksigen sedangkan konsumen, cenderung melepaskan CO2 dan
membutuhkan oksigen dalam proses respirasi.
b. Dalam
percobaan ini kami dilatih dalam hal keterampilan menggunakan
peralatan-peralatan yang berhubungan dengan percobaan, contohmya membuat sebuah
wadah/tempat sampel harus ditempatkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Afdal, (2007). “Oseana” Siklus
Karbon dan Karbon Dioksida Di Atmosfer Dan Di Samudera, Vol; XXXII, Nomor 2 : 29
-41.
Ferial, Eddyman
W., 2013. Pengetahuan Lingkungan.
Jurusan Biologi. Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Michael, P.,1999. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang Dan Laboratorium.
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Syauqi, Ahmad., 2013. Siklus Karbon, http://fmipa-uim.net78.net/biologi/.
Diakses pada tanggal 1 Maret 2013. Pukul
21.00 WITA, Makassar.
Umar, R., 2013. Ekologi Umum Dalam Praktikum, Jurusan Biologi,
Universitas Hasanuddin, Makassar.