Saat
anak-anak lain sibuk dengan hobinya yang menyenangkan, sibuk dengan hangout bareng teman/sahabat sampai larut malam, sibuk dengan sosial media
dalam gadget super mahal yang mereka miliki, Dia hanya bisa bergelut dengan dunianya
sendiri, dunia yang penuh dengan berbagai “kegilaan” yang jika orang lain mencoba
masuk, bisa saja orang itu menjadi “tidak normal”. Bagaimana tidak,
tugas yang menumpuk dari dosen dan asisten yang saling mengejar memperebutkan
garis finish yang memakan banyak
waktu dan “memangkas” waktu istirahat sehingga membuat aktivitas sehari-harinya
menjadi “tidak normal”. Coba bayangkan kalau makanan sehat sempura versi
orang ini adalah setumpuk lembaran kertas A4 atau double folio bergaris yang
penuh dengan tulisan hitam dan sedikit gambar berwarna yang mungkin tidak jelas
bagi kebanyakan orang. Hanya untuk memenuhi kewajibanya sebagai seorang yang
“gila” ilmu dan untuk mendapatkan tanda “ACC” sebagai bukti nyata Dia telah
memuaskan hasrat Asistenya. Terdengar kasar, beginilah fakta yang terjadi
dizaman sekarang.
Alone via flickr.com |
Omongan orang tentang betapa anehnya
kehidupannya (red: mahasiswa), tidak pernah berhenti terucap. Hanya beberapa
kata sederhana yang mampu diucapkan untuk membalas omongan orang sementara waktu
“beginilah mahasiswa”. Seolah-olah mahasiswa yang sesungguhnya adalah mahasiswa
yang rela mengurangi waktu tidurnya, merelakan waktu liburnya untuk
menyelesaikan tugas, dan sabar melihat wajahnya yang semakin kusam dengan lingkaran
hitam dan sedikit kantung mata dimatanya. Semuanya dilakukan demi menuntut ilmu
untuk masa depan. Ah masa depan? Apakah masa depan itu berkaitan dengan
pertanyaan mau jadi apa dan kerjaaan apa nantinya setelah lulus kuliah?.
Entahlah, dia hanya bisa memikirkan bagaimana ilmu perkuliahan dari pilihan
hatinya ini bisa bermanfaat untuk orang lain, bisa digunakan oleh masyarakat.
Tidak peduli dia akan jadi apa. Sudahlah, semua hanya masalah prinsip.
Terdengar begitu mudah dia
menjalaninya. Tidak! Semua hanya karena proses yang menuntutnya untuk sabar dan
bekerja keras. Sabar untuk bertahan selama 4 tahun masa perkuliahan normal dan
sabar menggeser posisisnya dimasyarakat menjadi orang yang “tertutup”. Demi
apa? ya demi tercapai semua keinginanya. Tertutup dari keramaian dan bergelut
dengan dunianya sendiri. “Dasar introvert”
panggilan itu kayaknya khusus untuk orang-orang yang tertutup dari
dunianya.
Introvert merupakan kondisi dimana
orang lain hanya memikirkan dirinya sendiri dan cenderung untuk jadi anti
sosial. Menurut saya, orang seperti ini tidak selamanya akan menjadi introvert.
Kenapa? ingat “manusia adalah makhluk sosial” dalam ajaran apapun hal itu sudah
mutlak terjadi “Hablum minannas”. Tidak
mungkin seorang introvert akan bisa hidup sampai sekarang kalau tidak ada
interaksi sosial, bukan begitu?. Satu lagi, bukankah seorang introvert tidak
peduli dengan sekitarnya tetapi mereka biasanya belum siap untuk bisa berperan
aktif seperti orang-orang lain, bukankah mereka tertutup yang menjadi langkah
awal mereka untuk mempersiapkan diri menjadi lebih baik ?. Jangan pernah bilang
orang introvert itu bodoh. Kebanyakan mereka pandai dan cerdas untuk mengambil
langkah dan berpikir secara matang sebab dan akibat tindakan yang dilakukan.
Kenapa? karena mereka pengamat ulung. Banyak orang yang mengaku dirinya
introvert atau bisa dikatakan tertutup juga memiliki banyak hal lain, hobi
lain, dan punya banyak teman selain harus berada di “kurunganya”!. Ini hanya
kebiasaan mereka saja, bagi mereka berada di tempal tinggalnya membuat mereka
bisa nyaman untuk bisa melakukan hobinya. “ibarat burung dalam sangkar, jika
sewaktu-waktu dilepas tak tahu mau kemana” ya ibaratnya seperti itu.
flickr.com |
Tidak sedikit mahasiswa yang
tiba-tiba saja menjadi introvert. Dunia kampus menuntuk penghuningya untuk bisa
memangkas waktu menjadi seorang ekstrovert (lawan dari introvert). Tugas,
presentasi, final dll. Pemikiran seperti ini merupakan pemikiran seorang
mahasiswa yang kejar target. Empat tahun perkuliahan, harus diselesaikan dengan
baik. Bagaimana dengan ekstrakulikuler? bagi sebagian orang, ekstrakulikuler menjadi
hal lain yang perlu dilakukan dalam dunia perkuliahan. Bagi yang gila belajar,
kegiatan seperti itu hanya seperti tempat meluapkan emosi saja, ya tempat menyalurkan hobi bukan?. Adapun orang
yang menomor duakan akademis, akan menjadi terpenjarakan oleh kegiatan itu,
seperti rumah kedua baginya. Ingat tujuan saat kita memasuki dunia
kampus. Seorang mahasiswa sejati adalah mereka yang benar-benar memilih jalanya
sesuai dengan tujuan awal mereka masuk. Mereka punya target apa yang dilakukan selanjutnya,
entah memilih menjadi seorang yang introvert atau menjadi ekstovert.