Sunday, October 22, 2017

Mahasiswa Sejati dan Introvert



             Saat anak-anak lain sibuk dengan hobinya yang menyenangkan, sibuk dengan hangout bareng teman/sahabat sampai larut malam, sibuk dengan sosial media dalam gadget super mahal yang mereka miliki, Dia hanya bisa bergelut dengan dunianya sendiri, dunia yang penuh dengan berbagai “kegilaan” yang jika orang lain mencoba masuk, bisa saja orang itu menjadi “tidak normal”. Bagaimana tidak, tugas yang menumpuk dari dosen dan asisten yang saling mengejar memperebutkan garis finish yang memakan banyak waktu dan “memangkas” waktu istirahat sehingga membuat aktivitas sehari-harinya menjadi “tidak normal”. Coba bayangkan kalau makanan sehat sempura versi orang ini adalah setumpuk lembaran kertas A4 atau double folio bergaris yang penuh dengan tulisan hitam dan sedikit gambar berwarna yang mungkin tidak jelas bagi kebanyakan orang. Hanya untuk memenuhi kewajibanya sebagai seorang yang “gila” ilmu dan untuk mendapatkan tanda “ACC” sebagai bukti nyata Dia telah memuaskan hasrat Asistenya. Terdengar kasar, beginilah fakta yang terjadi dizaman sekarang.
Alone via flickr.com

            Omongan orang tentang betapa anehnya kehidupannya (red: mahasiswa), tidak pernah berhenti terucap. Hanya beberapa kata sederhana yang mampu diucapkan untuk membalas omongan orang sementara waktu “beginilah mahasiswa”. Seolah-olah mahasiswa yang sesungguhnya adalah mahasiswa yang rela mengurangi waktu tidurnya, merelakan waktu liburnya untuk menyelesaikan tugas, dan sabar melihat wajahnya yang semakin kusam dengan lingkaran hitam dan sedikit kantung mata dimatanya. Semuanya dilakukan demi menuntut ilmu untuk masa depan. Ah masa depan? Apakah masa depan itu berkaitan dengan pertanyaan mau jadi apa dan kerjaaan apa nantinya setelah lulus kuliah?. Entahlah, dia hanya bisa memikirkan bagaimana ilmu perkuliahan dari pilihan hatinya ini bisa bermanfaat untuk orang lain, bisa digunakan oleh masyarakat. Tidak peduli dia akan jadi apa. Sudahlah, semua hanya masalah prinsip.
            Terdengar begitu mudah dia menjalaninya. Tidak! Semua hanya karena proses yang menuntutnya untuk sabar dan bekerja keras. Sabar untuk bertahan selama 4 tahun masa perkuliahan normal dan sabar menggeser posisisnya dimasyarakat menjadi orang yang “tertutup”. Demi apa? ya demi tercapai semua keinginanya. Tertutup dari keramaian dan bergelut dengan dunianya sendiri. “Dasar introvert” panggilan itu kayaknya khusus untuk orang-orang yang tertutup dari dunianya.
         Introvert merupakan kondisi dimana orang lain hanya memikirkan dirinya sendiri dan cenderung untuk jadi anti sosial. Menurut saya, orang seperti ini tidak selamanya akan menjadi introvert. Kenapa? ingat “manusia adalah makhluk sosial” dalam ajaran apapun hal itu sudah mutlak terjadi “Hablum minannas”. Tidak mungkin seorang introvert akan bisa hidup sampai sekarang kalau tidak ada interaksi sosial, bukan begitu?. Satu lagi, bukankah seorang introvert tidak peduli dengan sekitarnya tetapi mereka biasanya belum siap untuk bisa berperan aktif seperti orang-orang lain, bukankah mereka tertutup yang menjadi langkah awal mereka untuk mempersiapkan diri menjadi lebih baik ?. Jangan pernah bilang orang introvert itu bodoh. Kebanyakan mereka pandai dan cerdas untuk mengambil langkah dan berpikir secara matang sebab dan akibat tindakan yang dilakukan. Kenapa? karena mereka pengamat ulung. Banyak orang yang mengaku dirinya introvert atau bisa dikatakan tertutup juga memiliki banyak hal lain, hobi lain, dan punya banyak teman selain harus berada di “kurunganya”!. Ini hanya kebiasaan mereka saja, bagi mereka berada di tempal tinggalnya membuat mereka bisa nyaman untuk bisa melakukan hobinya. “ibarat burung dalam sangkar, jika sewaktu-waktu dilepas tak tahu mau kemana” ya ibaratnya seperti itu. 
flickr.com 

            Tidak sedikit mahasiswa yang tiba-tiba saja menjadi introvert. Dunia kampus menuntuk penghuningya untuk bisa memangkas waktu menjadi seorang ekstrovert (lawan dari introvert). Tugas, presentasi, final dll. Pemikiran seperti ini merupakan pemikiran seorang mahasiswa yang kejar target. Empat tahun perkuliahan, harus diselesaikan dengan baik. Bagaimana dengan ekstrakulikuler? bagi sebagian orang, ekstrakulikuler menjadi hal lain yang perlu dilakukan dalam dunia perkuliahan. Bagi yang gila belajar, kegiatan seperti itu hanya seperti tempat meluapkan emosi saja, ya  tempat menyalurkan hobi bukan?. Adapun orang yang menomor duakan akademis, akan menjadi terpenjarakan oleh kegiatan itu, seperti rumah kedua baginya. Ingat tujuan saat kita memasuki dunia kampus. Seorang mahasiswa sejati adalah mereka yang benar-benar memilih jalanya sesuai dengan tujuan awal mereka masuk. Mereka punya target apa yang dilakukan selanjutnya, entah memilih menjadi seorang yang introvert atau menjadi ekstovert.