Indeks Perbandingan Sekuensial keanekaragaman Bentos
BAB I
Pencemaran
air adalah penambahan unsur atau organisme laut kedalam air, sehingga pemanfaatannya
dapat terganggu. Pencemaran air dapat menyebabkan kerugian ekonomi dan sosial,
karena adanya gangguan oleh adanya zat-zat beracun atau muatan bahan organik
yang berlebih. Keadaan ini akan menyebabkan oksigen terlarut dalam air pada
kondisi yang kritis, atau merusak kadar kimia air (Salmin, 2005).
Banyak
air tawar yang tercemar berat oleh sisa pembuangan kotoran dan cairan pembuangan
industri yang masuk ke dalam sungai-sungai. Hal ini menyebabkan zat-zat beracun
yang terdapat pada cairan pembuangan tersebut terlarut dan terbawa masuk ke
laut. Cairan buangan adalah sisa pembuangan dalam suatu bentuk cairan yang
dihasilkan dari proses-proses industri dan kegiatan rumah tangga (Michael,
1999).
Di
dalam suatu ekosistem perairan, kita dapat mengenal komponen-komponennya
berdasarkan cara hidupnya yaitu bentos,
perifiton, plankton, nekton dan neuston. Salah satu komponen yang memiliki
variasi organisme cukup banyak dalam suatu perairan adalah bentos. Untuk
mendapatkan data kuantitatif maupun kualitatif, mengenai jenis-jenis hewan yang
hidup dalam sutu perairan, hewan tersebut dapat ditangkap dengan menggunakan
kombinasi berbagai macam cara. Mulai dari penangkapan dengan tangan, pinset,
jala maupun alat-alat lainnya. Dalam praktikum ini akan dilakukan pengambilan
cuplikan bentos untuk tujuan studi kuantitatif dengan menggunakan alat pengeruk yang disebut
Eickman Crab (Umar, 2013).
I.2
Tujuan Percobaan
Tujuan
dari percobaan ini ialah:
a. Untuk
mengetahui keragaman bentos dalam ekosistem perairan berdasarkan Indeks
perbandingan sekuensial.
b. Mengenalkan
dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang berhubungan
dengan keragaman bentos dalam perairan.
1.3
Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan
ini dilaksanakan pada hari Kamis, Tanggal 4 April 2013, pengambilan sampel
dilaksanakan pada pukul 06.00 - 09.00 WITA, Bertempat di Danau Universitas
Hasanuddin, Makassar. Percobaan yang dilakukan didalam Laboratorium
dilaksanakan pada Pukul 14.30 - 17.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Biologi
Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Beragam binatang
dan tumbuhan hidup pada atau di dasar aliran, sungai, kolam, danau dan lautan.
Nama bentos diberikan pada organisme penghuni dasar. Harus benar-benar dicamkan bahwa istilah “dasar” mencakup
substrat pada garis pantai, demikian juga kedalaman terbesar dari setiap badan air. Seperti dapat diharapkan, kondisi
untuk kehidupan akan beragam tidak hanya pada kedalamna yang berbeda, namun
juga dengan sifat fisik substrat. Keragaman demikian sangat besar (Michael,
1999).
Indeks
Keanekaragaman Bentos menggambarkan perairan dalam kondisi tercemar sedang.
Adanya perbedaan ini disebakan oleh sifat dasar sedimen sebagai media hidup
bentos yang cenderung bersifat tetap dan mengakumulasi setiap bahan pencemar
yang datang kepadanya. Terkamulasinya bahan pencemar tersebut mengakibatkan
kualitas sedimen tersebut akan semakin menurun sehingga pada akhirnya akan menggaggu
keseimbangan ekologis yang ada di sedimen tersebut. Gangguan terhadap
keseimbangan ekologis pada sedimen tersebut terbukti dari hasil analisis
keanekaragaman bentos yang menggambarkan telah terjadinya pencemaran pada
tingkat sedang (Badrun, 2008).
Bentos adalah organisme
yang mendiami dasar perairan dan tinggal di dalam atau melekat pada sedimen
dasar perairan. Berdasarkan sifat hidupnya, bentos dibedakan menjadi fitobentos
yaitu bentos yang bersifat tumbuhan dan zoobentos yaitu bentos yang bersifat
hewan. Berdasarkan cara hidupnya bentos dibedakan atas dua kelompok, yaitu
infauna (bentos yang hidupnya terbenam di dalam substrat dasar perairan) dan
epifauna (bentos yang hidupnya di atas substrat dasar perairan). Berdasarkan
ukuran tubuhnya bentos dapat dibagi atas makrobentos yaitu kelompok bentos yang
berukuran > 2 mm, meiobentos yaitu kelompok bentos yang berukuran 0,2 – 2
mm, dan mikrobentos yaitu kelompok bentos yang berukuran < 0,2 mm (Anonim,
2011).
Banyaknya bahan pencemar dapat
memberikan dua pengaruh terhadap organisme perairan yaitu membunuh spesies
tertentu dan sebaliknya dapat mendukung perkembangan spesies lain. Penurunan
keanekaragaman spesies dapat juga dianggap sebagai suatu pencemaran. Jika air
tercemar ada kemungkinan terjadi pergeseran dari jumlah yang banyak dengan
populasi yang sedang menjadi jumlah spesies yang sedikit tetapi populasinya tinggi
(Anonim, 2011).
Bentos terutama makrozoobentos
memegang peranan penting di perairan yang ditempatinya. Diantaranya dapat
membantu mempercepat dekomposisi materi organik sebagai makanan alami bagi
ikan-ikan pemakan di dasar dan dapat juga digunakan sebagai indikator kualitas
air (Zulmahdi, 1995:5). Sifat bentos yang khas yaitu memiliki toleransi
terhadap perubahan lingkungan dan hidupnya yang relatif menetap. Adanya
pencemaran perairan dapat dikenali dan dapat
menurunkan keragaman spesies makarobenthos (Jailani dan Nur, 2012).
Berdasarkan kepekaannya terhadap pencemaran karena bahan
organik, bentos khususnya makrozoobentos dikelompokkan ke dalam tiga kelompok
yaitu kelompok intoleran, fakultatif dan toleran. Organisme intoleran yaitu
organisme yang tidak dapat tumbuh dan berkembang dalam kisaran kondisi
lingkungan yang sempit dan jarang dijumpai di perairan yang kaya organik.
Organisme fakultatif yaitu organisme yang dapat bertahan hidup pada kondisi
lingkungan yang lebih besar bila dibandingkan dengan organisme intoleran.
Organisme ini dapat bertahan hidup di perairan yang banyak bahan organik, namun
tidak dapat mentolerir tekanan lingkungan. Organisme toleran yaitu organisme
yang dapat tumbuh dan berkembang dalam kondisi lingkungan yang luas yaitu
organisme yang sering dijumpai di perairan yang berkualitas jelek. Pada umumnya
organisme toleran tidak peka terhadap berbagai tekanan lingkungan dan
kelimpahannya dapat bertambah di perairan yang tercemar oleh bahan organik
(Ardi, 2002).
Kehidupan
organisme air yang akan berlangsung terus jika air mengandung unsur yang
dibutuhkan dalam kondisi seimbang, seperti halnya kehidupan organisme lain,
maka penyebaran dan kehidupan komunitas bentos juga dipengaruhi oleh kualitas
lingkungannya. Kelarutan Oksigen kurang dari 1 (satu) ppm akan mengakibatkan
kematian bagi organisme perairan. Konsentrasi Oksigen terlarut mencapai nilai
terendah pada waktu subuh dan kemudian meningkat pada waktu siang, akhirnya
mencapai nilai tertinggi pada waktu siang hari (Jailani dan Nur, 2012).
Pengeruk
Ekman ini adalah alat standar yang digunakan secara luas untuk studi
kuantitatif dasar lunak. Badan Pengeruk adalah suatu kotak bujur sangkar atau
segiempat. Pembukaan yang lebih rendah ditutupi dengan sepasang gigi mirip
sekop, yang digerakkan oleh per. Bila tertutup, gigi-gigi akan menutupi kotak
secara rapat dan bila ditarik terpisah, keseluruhan dasar kotak akan terbuka.
Pengeruk diturunkan dengan gigi-gigi dibiarkan terbuka. Gigi-gigi akan menutup,
dan selama proses ini bahan dasar diserok oleh gigi-gigi itu. Kotak pengeruk
dibuat dengan ukuran khusus sedemikian, sehingga daerah dasar yang diketai
dapat diambil sampelnya. Pengeruk Ekman atau berbagai modifikasinya dapat
digunakan hanya dalam dasar yang lunak dari lumpur atau lapisan (Michael, 1999).
Zone
litoral memeperlihatkan keragaman keadaan dasar yang terbesar, yaitu berpasir,
berlumpur atau berbatu-batu, yang masing-masing menunjang kekhasan biota. Cara
pengambilan sampel serta peralatan yang digunakan harus bersesuaian. Fauna
bentik umumnya terdiri atas sedentary atau binatang yang bergerak nisbi lambat. Dalam lingkungan kelautan, dikenal zone
litoral supratidal (diatas batas air pasang tertinggi), intertidal (zone dengan
ketinggian air yang berubah-ubah), dan subtidal (Permanen di bawah air)
(Michael, 1999).
Pengukuran faktor fisik dan kimia
perairan seperti suhu, kecerahan, salinitas dan derajat keasaman dilakukan in
situ yaitu (Jailani dan Nur, 2012):
a. Suhu
Pengukuran suhu dilakukan dengan
mencelupkan thermometer ke dalam air.
Pembacaan skala
dilakukan sewaktu thermometer masih di dalam air.
b. Kecerahan
Pengukuran dilakukan dengan cara
memasukkan piringan secchi ke dalam perairan hingga tidak terlihat batas hitam
putih, kemudian dicatat kedalamannya. Lalu ditenggelamkan lebih dalam dan
dicatat kedalamannya. Nilai rata-rata kedua jeluk tadi diambil sebagai nilai
kecerahan.
c. Salinitas
Pengukuran salinitas dilakukan
dengan menggunakan hand refragtometer yaitu dengan cara memasukkan satu atau
dua tetes aquadest pada lubang ujung refragtometer setelah garis putih atau
biru tepat pada titik nol, maka teteskan satu atau dua tetes air sample pada
tempat yang sama dengan aquadest.
d. Derajat
keasaman
Pengukuran derajat keasaman
dilakukan dengan menggunakan pH meter dengan mencelupkan bagian bawah atau
bagian tertentu dari pH meter ke dalam aquadest selama 2-5 menit. setelah angka
berada pada angka 7 maka masukkan bagian tertentu dari pH meter ke dalam air
sampel.
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1
Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan
ini adalah, botol ukuran 600 ml, Eickman Grab, Ayakan (Mess), Baskom, Baki
plastik, dan Pinset.
III.2 Bahan
Bahan
yang digunakan dalam percobaan ini adalah, Alkohol 70% dan Bentos.
III.3 Cara Kerja
III.3.1 Cara Pengambilan Sampel
Adapun cara kerja dalam pengambilan
sampel di perairan adalah sebagai berikut:
a. Menggunakan Ayakan
1. Ambillah
Ayakan dan keruklah pada bagian dasar danau hingga terambil bentos yang
bercampur lumpur pada dasar perairan.
2. Bersihkan
Bentos yang bercampur dengan lumpur.
3. lakukan
pengambilan sampel sebanyak 2 kali pada tempat yang berbeda.
b. Menggunakan Eickman Grab
1. Bukalah
kedua belahan pengeruk eickman grab hingga menganga dan kaitkan kawat
penahannya pada tempat kaitan yang terdapat pada bagian atas alat tersebut.
2. Masukkan
pengeruk secara vertikal dan perlahan-lahan kedalam air hingga menyentuh dasar
perairan.
3. Jatuhkan
logam pembeban sepanjang tali pemegangnya sehingga kedua belahan eickman grab
akan menutup, dan lumpur serta hewan yang terdapat didasar perairan akan
terhimpun dalam kerukan.
4. Tariklah
perlahan-lahan eickman grab ke atas dan isinya ditumpahkan kedalam baskom.
5. Sampel
kemudian diayak sambil disiram air sehingga lumpur keluar dan sampah-sampah
dibuang. Seleksilah hewan bentos yang dijumpai dengan cermat kemudian masukkan
kedalam botol.
6. Lakukan
pengambilan sampel sebanyak 2 kali pada tempat yang berbeda.
III.3.2 Cara Kerja di Laboratorium
Adapun cara kerja dalam melakukan
percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengambil sampel yang sudah diawetkan
dan menumpahkan ke dalam baki plastik.
2. Mengambil secara acak satu per satu
dengan tangan dan meletakkan
ke dalam baki plastik yang lain.
3. Membandingkan sampel yang diurutkan
mulai no.1 dengan no.2, no.2 dengan
no.3 dan seterusnya, kemudian dilihat apakah jenis tersebut sama atau berbeda.
4. Melakukan pengamatan sampai semua
sampel habis (sampel yang diambil dengan gickman grab dan ayakan pada lokasi
yang sama digabung).
5. Mencatat semua data, kemudian melakukan perhitungan indeks
keanekaragaman bentos di ekosistem perairan.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
IV.1
Hasil
IV.1.1 Tabel Pengamatan
A. Hasil Pengamatan Menggunakan
Eickman Grab
A B AAAA C B AAAA D
A
|
Jumlah
Run =
8
Jumlah
Spesimen = 14
Jumlah Taksa =
4
B. Hasil Pengamatan Menggunakan
Ayakan
AAAAAAAAAAAAAAA
|
Jumlah
Run = 1
Jumlah
Spesimen = 15
Jumlah
Taksa = 1
IV.1.2 Analisis Data
A. Nilai Indeks Perbandingan
Sekuensial Eickman Grab
IPS =
=
= 2,1 (Belum tercemar)
B. Nilai Indeks Perbandingan
Sekuensial Ayakan
IPS =
=
= 0,06
(Tercemar Berat)
Derajat Pencemaran :
> 2 = Belum Tercemar
1,6-1,9 =
Tercemar Ringan
1,1 - 1,5 = Tercemar Sedang
< 1 = Tercemar Berat
|
IV.2 Pembahasan
Pada
Percobaan “Indeks Perbandingan Sekuensial Keanekaragaman Bentos” Di Ekosistem
Perairan bertujuan untuk mengetahui keragaman bentos keragaman bentos dalam
ekosistem perairan berdasarkan indeks perbandingan sekuensialnya dan untuk
mengenalkan dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang
berhubungan dengan keragaman bentos dalam perairan.
Dalam
melakukan percobaan ini perlu dilakukan pengambilan sampel pada perairan yang
memiliki organisme didalamnya. untuk mengambil bentos ada 2 metode yang digunakan
yaitu menggunakan ayakan dan eickman grab. Cara menggunakan ayakan yaitu menyiapkan
ayakan dan keruklah lumpur yang ada bentosnya sebanyak 2 kali pada tempat yang
berbeda. Sedangkan untuk menggunakan eickman grab, caranya yaitu membuka
belahan eickman grab hingga menganga dan kaitkan kawat penahannya pada tempat
kaitan yang terdapat pada bagian atas alat tersebut, Selanjutnya memasukkan
pengeruk ke dasar perairan secara vertikal sampai dasar kemudian jatuhkan logam
pembeban sepanjang tali hingga belahan eickmna grab tertutup dan masukkan isi eickman grab
kedalam baskom.
Dengan
mengunakan 2 metode dalam pengembalian sampel didapatkan data hasil yang
berbeda yaitu untuk metode ayakan jumlah run yang didapatkan yaitu 1, jumlah
specimen 15, dan jumlah taksa 1, sehingga dengan menggunakan rumus S.C.I (I.P.S) dalam menguji
nilai indeks perbandingan sekuensial eickman grab didapatkan nilainya yaitu
0,06. Kemudian dibandingkan dengan derajat pencemaran yaitu terletak < 1 sehingga perairan tersebut
dalam keadaan tercemar berat. Adapun untuk metode eickman grab didapatkan hasil
bahwa jumlah run 8, jumlah spesimen 14, dan jumlah taksa 4 sehingga dengan
menggunakan I.P.S didapatkan hasil yaitu 2,1 dan dibandingkan dengan derajat
pencemaran terletak pada > 2 sehingga dapat dikatakan pencemaran tersebut
belum tercemar.
Kondisi
perairan dengan menggunakan metode ayakan didapatkan hasil bahwa perairan
tersebut tercemar berat karena nilai 0,06 terletak pada derajat < 1,
sedangkan metode eickman grab didapatkan hasil yaitu 2,1 yang terletak > 2 pada derajat kebebasan
sehingga perairan tersebut belum tercemar. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kondisi tersebut yaitu faktor kedalaman dari perairan, perairan yang
kedalamannya tidak tinggi cenderung memiliki kandungan limbah yang banyak
sehingga pencemarannya cukup tinggi sedangkan pada perairan dalam jumlah
limbahnya tidak terlalu banyak karena limbah cenderung bergerak ke pinggir
perairan (Pinggir danau) karena pada percobaan eickman grab pengambilan sampelnya
pada perairan yang cukup dalam dibandingkan dengan metode ayakan.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini
yaitu:
1.
Nilai
indeks perbandingan sekuensial yang didapatkan dari 2 metode yang digunakan
memiliki nilai berbeda yaitu untuk eickman grab nilai I.P.S yaitu 2,1 yang memiliki tingkat keragaman yang cukup
besar karena perairannya belum tercemar dan untuk ayakan yaitu 0,06 memiliki
tingkat keragaman yang rendah karena pencemarannya cukup tinggi.
2.
Peralatan-peralatan
utama yang digunakan dalam percobaan indeks perbandingan sekuensial yaitu eickman grab dan ayakan.
V.2
Saran
Saran saya yaitu agar Laboratorium
diperlengkap dengan alat pendingin udara dan jumlah kursi yang dalam kondisi
bagus.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim,
2011. Keanekaragaman Makrozoobentos Di
Sungai Bah Bolon. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26848/5/Chapter%20I.pdf . Diakses pada tanggal 7 April 2013, Pukul
21.00 WITA, Makassar.
Ardi.
2002. Pemanfaatan Makrozoobentos Sebagai
Indikator Kualitas Perairan Pesisir. ITB, Bogor.
Badrun,
Yeeri, (2008). “Ilmu Lingkungan” Analisis
Kualitas Perairan Selat Rupat Sekitar
Aktivitas Industri Minyak Bumi Kota Dumai. Volume (1) 2, Hal: 21-22.
Jailani
dan M. Nur, (2012). “Rona Lingkungan Hidup” Studi
Biodiversiti Bentos Di Krueng Daroy
Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar. Volume : 5, Hal: 13-15.
Michael,
P., 1999. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang Dan Laboratorium.
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Salmin, (2005). “Oseana” Oksigen
Terlarut (DO) Dan Kebutuhan Oksigen
Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu
Indikator Menentukan Kualitas Perairan.
Volume XXX, Nomor 3, hal : 21 - 26.
Umar,
Muhammad Ruslan, 2013. Ekologi Umum Dalam
Praktikum. Jurusan Biologi.
Universitas Hasanuddin, Makassar.
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789