BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Ada dua fase
dalam kajian vegetasi ini, yaitu mendeskripsikan dan menganalisa, yang
masing-masing menghasilkan berbagai konsep pendekatan yang berlainan. Metode
manapun yang dipilih yang penting adalah harus disesuaikan dengan tujuan
tersebut, luas atau sempitnya yang ingin diungkapkan, keahlian dalam bidang
botani dari pelaksana, dan variasi
vegetasi secara alami itu sendiri (Umar, 2013).
Analisis
komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi
jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Tujuan yang ingin dicapai dalam
analisis komunitas adalah unutk mengetahui komposisi spesies dan struktur
komunitas pada suatu wilayah yang dipelajari (Indriyanto, 2010).
Suatu
daftar jenis yang terdapat dalam suatu komunitas pada suatu periode
pertumbuhan, merupakan hal penting untuk menentukan struktur dari satuan
vegetasi. Dari jenis tumbuhan indikator kita dapat menduga keadaan suatu lingkungan yang ada. Tumbuhan
Indikator merupakan jenis tumbuhan yang menunjukkan sifat-sifat karakteristik
habitatnya, apabila tumbuhan tersebut ditemukan secara dominan. Daftar flora
yang ada juga penting untuk melihat keragaman jenis yang terdapat dalam
komunitas (Umar, 2013).
Berdasarkan
uraian tersebut, maka dilaksanakanlah percobaan tentang metode sampling dan
analisis vegetasi ini dan akan disampaikan pula cara melakukan penghitungan
data yang berkaitan dengan parameter kuantitatif untuk studi komunitas
tumbuhan.
I.2
Tujuan Percobaan
Tujuan
dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk melatih kepadatan, frekuensi, dan
dominansi dari organisme penyusun dalam komunitas dengan menggunakan metode
petak tunggal, petak ganda, linetransek dan belt transek.
2.
Melatih keterampilan mahasiswa dalam
menerapkan teknik-teknik sampling organisme dari rumu-rumus sederhana dalam
anilisis populasi.
I.3
Tempat Percobaan
Percobaan ini
dilaksanakan pada hari Kamis, 9 Mei 2013, pada pukul 10.00-13.00 WITA, Bertempat
di belakang Omega, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis
komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi
jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Tujuan yang ingin dicapai dalam
analisis komunitas adalah unutk mengetahui komposisi spesies dan struktur
komunitas pada suatu wilayah yang dipelajari. Bentuk pertumbuhan adalah
penggolongan tetumbuhan menurut bentuk pertumbuhannya, habitat, atau menurut
karakteristik lainnya. Bentuk pertumbuhan yang umum dan mudah disebut misalnya
pohon, semak, perdu, herba, dan liana (Indriyanto, 2010).
Hasil
analisis komunitas tumbuhan disajikan secara deskripsi mengenai komposisi
spesies dan struktur komunitasnya. Struktur komunitasnya tidak hanya dipengaruhi
oleh hubungan antar spesies, tetapi juga oleh jumlah individu dari setiap
spesies organisme. Hal yang demikian itu
menyebabkan kelimpahan relatif suatu spesies dapat memengaruhi fungsi suatu
komunitas , bahkan dapat memeberikan pengaruh pada keseimbagan sistem dan
akhinya berpengaruh pada keseimbangan
sistem dan akhirnya berpengsruhi pada stabilitas komunitas (Soegianto, 1994).
Indeks
dominansi (index of dominance) adalah
parameter yang menyatakan tingkat terpusatnya dominansi (penguasaan) spesies
dalam suatu komunitas. Keanekaragaman
spesies merupakan cirri tingkatan komunitas berdasarkan organisasi
biologinya. Keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk menyatakan struktur
komunitas dan mengukur stabilitas komunitas, yaitu kemampuan suatu komunitas
untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada gangguan terhadap
komponen-komponennya (Soegianto, 1994).
Vegetasi
pembentuk hutan merupakan komponen alam yang mampu mengendalikan iklim melalui
pengendalian fluktuasi atau perubahan unsur-unsur iklik yang ada di sekitarnya, misalnya
temperatur, kelembapan, angin, dan curah hujan, serta menetukan kondisi iklim
setempat dan iklim makro. Sebaliknya, unsur-unsur
iklim tersebut adalah komponen alam yang memengaruhi kehidupan (Indriyanto,
2010).
Di
dalam ekologi, frekuensi dipergunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah
sampel yang berisi sutau spesies tertentu terhadap jumlah total sampel.
Frekuensi spesies tumbuhan adalah jumlah petak contoh tempat diketemukannya
suatu spesies dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Frekuensi merupakan
besarnya intennsitas diketemukannya suatu spesies organisme dalam pengamatan
keberadaan organisme pada komunitas atau ekosistem. Untuk kepentingan analisis
komunitas tumbuhan, frekuensi spesies (F), frekuensi spesies ke-i (F-i) dan
frekuensi relatif spesies ke-I (FR-i) dapat dihitung dengan rumus (Indriyanto,
2010) sebagai berikut yaitu:
F
=
F-i
=
FR-i
= x 100%
Densitas
adalah jumlah individu per unit luas atau per unit volume. Dengan kata lain,
densitas merupakan jumlah individu organisme per satuan ruang. Untuk
kepentingan analisis komunitas tumbuhan, istilah yang mempunyai arti sama
dengan densitas dan sering digunakan adalah kerapatan diberi notasi K
(Indriyanto, 2010) mempunyai rumus sebagai berikut:
K =
K-i =
KR-i =
x 100%
Indeks
dominansi (index of dominance) adalah
parameter yang menyatakan tingkat terpusatnya dominansi (penguasaan) spesies
dalam suatu komunitas. Keanekaragaman
spesies merupakan ciri tingkatan komunitas berdasarkan organisasi
biologinya. Keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk menyatakan struktur
komunitas dan mengukur stabilitas komunitas, yaitu kemampuan suatu komunitas
untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada gangguan terhadap
komponen-komponennya (Soegianto, 1994).
Indeks
nilai penting (importance value index)
adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk untuk menyatakan tingkat
dominansi (tingkat penguasaan) spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan sehingga spesies
yang paling dominan tentu saja memiliki indeks nilai penting yang paling besar
(Soegianto, 1994).
Sebuah
indeks yang disebut indeks nilai penting (INP) sebagai jumlah dari kerapatan
relatif, frekuensi relatif, dan luas penutupan relatif. Dengan demikian, indeks
nilai penting (INP) dan indeks nilai penting untuk spesies ke-I (INP-i) dapat
dituliskan dengan rumus (Gopal dan Bhardwaj, 1979) sebagai berikut:
INP = KR + FR + CR
INP-I = KR-I + FR-I + CR-i
Metode petak merupakan prosedur merupakan prosedur yang
paling umum digunakan untuk pengambilan contoh berbagai tipe organisme termasuk
komunitas tumbuhan. Petak yang digunakan dapat berbentuk segi empat, persegi,
atau lingkaran. Di samping itu, untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan
dapat digunakan petak tunggal atau petak ganda. Metode jalur merupakan metode
yang paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut
kondisi tanah, topografi, elevasi. Jalur-jalur contoh dibuat memotong garis
kontur (garis tinggi/garis topografi) dan sejajar satu dengan yang lainnya.
Sedangkan metode garis berpetak dianggap sebagai modifikasi dari metode petak
ganda atau metode jalur, yaitu dengan cara melompati satu atau lebih
petak-petak dalam jalur, sehingga sepanjang garis rintis terdapat petak-petak
pada jarak tertentu yang sama. Untuk metode kombinasi yang dimaksudkan adalah
kombinasi antara metode jalur dan garis berpetak (Indriyanto,
2010).
Metode transek pada umumnya dipakai untuk jenis vegetasi
tertentu misalnya padang rumput, semak atau tumbuhan perdu lainnya. Penggunaan
metode petak/plot seringkali kurang praktis dan membutuhkan bayak waktu. Untuk
mengatasi masalah tersebut maka dapat digunakan 3 macam metode transek (Umar,
2013) yaitu sebagai berikut :
1. Line Transect
umumnya untuk komunitas padang rumput. Tentukan dua titik sebagai
pusat garis transek, panjang garis transek biasanya 10,25,50,100 m, tebal garis
transek 1 cm. Pada garis transek dibuat segmen dengan panjang 1, 5, 10 meter
2. Belt Transect
umumnya digunakan untuk mempelajari komunitas hutan yang luasnya,
serta keadaannya belum diketahui. Lebar transek 10-20 m dan jarak antar transek
200-1000 m tergantung intensitas Padak transek dibuat petak dengan ukuran
tertentu misalnya 10x10 m atau 20x20 m.
3. Strip Sensus
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain alat tulis menulis, meteran,
tali rapiah, dan patok ukuran 1 m.
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah areal yang akan diamati (areal komunitas tumbuhan).
III.3 Prosedur Kerja
Adapun cara kerja dalam percobaan
ini dengan menggunakan banyak metode sampling adalah sebagai berikut:
A. Plot Tunggal
1. Dipilih areal yang akan diduga
keanekaragaman jenisnya.
2. Buat petak sampel 1x1 m dalam areal
tersebut dan letakkan petak secara acak atau sistematis dengan ukuran yang
sesuai dengan keadaan komunitas.
3. Lakukan perhitungan jumlah individu
(rumput) pada setiap petak sampel.
4. Buat tabel hasil
pengamatan/perhitungan jenis tersebut dan dianalisis.
B. Plot Berganda
1. Tentukan Areal yang akan di amati.
2. Buat petak berbentuk persegi panjang
dengan ukuran 20x10 cm dan bagi menjadi 5 petak.
3. Hitung banyak tumbuhan rumput dan
jenisnya yang berada pada masing-masing petak.
4.
Catat hasil pengamatan
C. Line Transek
1.
Tentukan areal yang akan diamati.
2.
Bentangkan tali sepanjang 10 meter
dengan menggunakan patok.
3.
Hitung vegetasi yang batangnya
mengenai tali dan berada di bawah tali.
4.
Masukkan data ke dalam tabel dan
menganalisis data tersebut.
5.
Ulangi sebanyak 3 x prosedur kerja
untuk daerah sampling lain.
D. Belt Transek
1.
Tentukan areal yang akan diamati.
2.
Bentangkan sepasang tali sepanjang 30
meter dengan jarak antara tali satu dengan tali lain 1 m menggunakan patok.
3.
Buat petak sebanyak 30 kolom di
antara 2 tali tersebut.
4.
Hitung pohon yang ada pada petak ganjil.
5.
Masukkan data ke dalam tabel dan
menganalisis data tersebut
6.
Ulangi prosedur kerja untuk daerah
sampling lain sebanyak 2x.
DAFTAR
PUSTAKA
Gopal,
B. dan N. Bhardwaj, 1979. Element Of
Ecology. Department Of Botany. Rajasthan
University Jaipur, India.
Indriyanto,
2010. Ekologi Hutan. Bumi Aksara,
Jakarta.
Soegianto, A.,
1994. Ekologi Kuantitatif:Metode Analisis
Populasi dan Komunitas.
Penerbit Usaha Nasional, Jakarta.
Umar,
Muhammad Ruslan, 2013. Ekologi Umum Dalam
Praktikum. Jurusan Biologi.
Universitas Hasanuddin, Makassar.