Friday, May 31, 2013

Metode Sampling dan Analisis Vegetasi


 





BAB I

                             PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
            Ada dua fase dalam kajian vegetasi ini, yaitu mendeskripsikan dan menganalisa, yang masing-masing menghasilkan berbagai konsep pendekatan yang berlainan. Metode manapun yang dipilih yang penting adalah harus disesuaikan dengan tujuan tersebut, luas atau sempitnya yang ingin diungkapkan, keahlian dalam bidang botani  dari pelaksana, dan variasi vegetasi secara alami itu sendiri (Umar, 2013).
            Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Tujuan yang ingin dicapai dalam analisis komunitas adalah unutk mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah yang dipelajari (Indriyanto, 2010).
            Suatu daftar jenis yang terdapat dalam suatu komunitas pada suatu periode pertumbuhan, merupakan hal penting untuk menentukan struktur dari satuan vegetasi. Dari jenis tumbuhan indikator kita dapat menduga  keadaan suatu lingkungan yang ada. Tumbuhan Indikator merupakan jenis tumbuhan yang menunjukkan sifat-sifat karakteristik habitatnya, apabila tumbuhan tersebut ditemukan secara dominan. Daftar flora yang ada juga penting untuk melihat keragaman jenis yang terdapat dalam komunitas (Umar, 2013).
            Berdasarkan uraian tersebut, maka dilaksanakanlah percobaan tentang metode sampling dan analisis vegetasi ini dan akan disampaikan pula cara melakukan penghitungan data yang berkaitan dengan parameter kuantitatif untuk studi komunitas tumbuhan.
I.2 Tujuan Percobaan
            Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk melatih kepadatan, frekuensi, dan dominansi dari organisme penyusun dalam komunitas dengan menggunakan metode petak tunggal, petak ganda, linetransek dan belt transek.
2.      Melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling organisme dari rumu-rumus sederhana dalam anilisis populasi.

I.3 Tempat Percobaan
            Percobaan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 9 Mei 2013, pada pukul 10.00-13.00 WITA, Bertempat di belakang Omega, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.









BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

            Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Tujuan yang ingin dicapai dalam analisis komunitas adalah unutk mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah yang dipelajari. Bentuk pertumbuhan adalah penggolongan tetumbuhan menurut bentuk pertumbuhannya, habitat, atau menurut karakteristik lainnya. Bentuk pertumbuhan yang umum dan mudah disebut misalnya pohon, semak, perdu, herba, dan liana (Indriyanto, 2010).
            Hasil analisis komunitas tumbuhan disajikan secara deskripsi mengenai komposisi spesies dan struktur komunitasnya. Struktur komunitasnya tidak hanya dipengaruhi oleh hubungan antar spesies, tetapi juga oleh jumlah individu dari setiap spesies  organisme. Hal yang demikian itu menyebabkan kelimpahan relatif suatu spesies dapat memengaruhi fungsi suatu komunitas , bahkan dapat memeberikan pengaruh pada keseimbagan sistem dan akhinya  berpengaruh pada keseimbangan sistem dan akhirnya berpengsruhi pada stabilitas komunitas (Soegianto, 1994).
            Indeks dominansi  (index of dominance) adalah parameter yang menyatakan tingkat terpusatnya dominansi (penguasaan) spesies dalam suatu komunitas. Keanekaragaman  spesies merupakan cirri tingkatan komunitas berdasarkan organisasi biologinya. Keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas dan mengukur stabilitas komunitas, yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada gangguan terhadap komponen-komponennya (Soegianto, 1994).
            Vegetasi pembentuk hutan merupakan komponen alam yang mampu mengendalikan iklim melalui pengendalian fluktuasi atau perubahan unsur-unsur  iklik yang ada di sekitarnya, misalnya temperatur, kelembapan, angin, dan curah hujan, serta menetukan kondisi iklim setempat  dan iklim makro. Sebaliknya, unsur-unsur iklim tersebut adalah komponen alam yang memengaruhi kehidupan (Indriyanto, 2010).
            Di dalam ekologi, frekuensi dipergunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah sampel yang berisi sutau spesies tertentu terhadap jumlah total sampel. Frekuensi spesies tumbuhan adalah jumlah petak contoh tempat diketemukannya suatu spesies dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Frekuensi merupakan besarnya intennsitas diketemukannya suatu spesies organisme dalam pengamatan keberadaan organisme pada komunitas atau ekosistem. Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan, frekuensi spesies (F), frekuensi spesies ke-i (F-i) dan frekuensi relatif spesies ke-I (FR-i) dapat dihitung dengan rumus (Indriyanto, 2010) sebagai berikut yaitu:
F =
F-i =
FR-i =   x 100%
            Densitas adalah jumlah individu per unit luas atau per unit volume. Dengan kata lain, densitas merupakan jumlah individu organisme per satuan ruang. Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan, istilah yang mempunyai arti sama dengan densitas dan sering digunakan adalah kerapatan diberi notasi K (Indriyanto, 2010) mempunyai rumus sebagai berikut:
K = 
K-i = 
KR-i =    x 100%
            Indeks dominansi  (index of dominance) adalah parameter yang menyatakan tingkat terpusatnya dominansi (penguasaan) spesies dalam suatu komunitas. Keanekaragaman  spesies merupakan ciri tingkatan komunitas berdasarkan organisasi biologinya. Keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas dan mengukur stabilitas komunitas, yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada gangguan terhadap komponen-komponennya (Soegianto, 1994).
            Indeks nilai penting (importance value index) adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk untuk menyatakan tingkat dominansi (tingkat penguasaan) spesies-spesies dalam  suatu komunitas tumbuhan sehingga spesies yang paling dominan tentu saja memiliki indeks nilai penting yang paling besar (Soegianto, 1994).
            Sebuah indeks yang disebut indeks nilai penting (INP) sebagai jumlah dari kerapatan relatif, frekuensi relatif, dan luas penutupan relatif. Dengan demikian, indeks nilai penting (INP) dan indeks nilai penting untuk spesies ke-I (INP-i) dapat dituliskan dengan rumus (Gopal dan Bhardwaj, 1979) sebagai berikut:
INP = KR + FR + CR
INP-I = KR-I + FR-I + CR-i
            Metode petak merupakan prosedur merupakan prosedur yang paling umum digunakan untuk pengambilan contoh berbagai tipe organisme termasuk komunitas tumbuhan. Petak yang digunakan dapat berbentuk segi empat, persegi, atau lingkaran. Di samping itu, untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan dapat digunakan petak tunggal atau petak ganda. Metode jalur merupakan metode yang paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut kondisi tanah, topografi, elevasi. Jalur-jalur contoh dibuat memotong garis kontur (garis tinggi/garis topografi) dan sejajar satu dengan yang lainnya. Sedangkan metode garis berpetak dianggap sebagai modifikasi dari metode petak ganda atau metode jalur, yaitu dengan cara melompati satu atau lebih petak-petak dalam jalur, sehingga sepanjang garis rintis terdapat petak-petak pada jarak tertentu yang sama. Untuk metode kombinasi yang dimaksudkan adalah kombinasi antara metode jalur dan garis berpetak (Indriyanto, 2010).
            Metode transek pada umumnya dipakai untuk jenis vegetasi tertentu misalnya padang rumput, semak atau tumbuhan perdu lainnya. Penggunaan metode petak/plot seringkali kurang praktis dan membutuhkan bayak waktu. Untuk mengatasi masalah tersebut maka dapat digunakan 3 macam metode transek (Umar, 2013) yaitu sebagai berikut :

1.    Line Transect

    umumnya untuk komunitas padang rumput. Tentukan dua titik sebagai pusat garis transek, panjang garis transek biasanya 10,25,50,100 m, tebal garis transek 1 cm. Pada garis transek dibuat segmen dengan panjang 1, 5, 10 meter

2.    Belt Transect

     umumnya digunakan untuk mempelajari komunitas hutan yang luasnya, serta keadaannya belum diketahui. Lebar transek 10-20 m dan jarak antar transek 200-1000 m tergantung intensitas Padak transek dibuat petak dengan ukuran tertentu misalnya 10x10 m atau 20x20 m.

3.    Strip Sensus



BAB III

METODE PERCOBAAN

III.1 Alat

            Alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain alat tulis menulis, meteran, tali rapiah, dan patok ukuran 1 m.

III.2 Bahan

            Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah areal yang akan diamati (areal komunitas tumbuhan).


III.3 Prosedur Kerja

            Adapun cara kerja dalam percobaan ini dengan menggunakan banyak metode sampling adalah sebagai berikut:

A.    Plot Tunggal

1.    Dipilih areal yang akan diduga keanekaragaman jenisnya.
2.    Buat petak sampel 1x1 m dalam areal tersebut dan letakkan petak secara acak atau sistematis dengan ukuran yang sesuai dengan keadaan komunitas.
3.    Lakukan perhitungan jumlah individu (rumput) pada setiap petak sampel.
4.    Buat tabel hasil pengamatan/perhitungan jenis tersebut dan dianalisis.

B.     Plot Berganda

1.     Tentukan Areal yang akan di amati.
2.     Buat petak berbentuk persegi panjang dengan ukuran 20x10 cm dan bagi menjadi 5 petak.
3.     Hitung banyak tumbuhan rumput dan jenisnya yang berada pada masing-masing petak.
4.      Catat hasil pengamatan

C.     Line Transek

1.      Tentukan areal yang akan diamati.
2.      Bentangkan tali sepanjang 10 meter dengan menggunakan patok.
3.      Hitung vegetasi yang batangnya mengenai tali dan berada di bawah tali.
4.      Masukkan data ke dalam tabel dan menganalisis data tersebut.
5.      Ulangi sebanyak 3 x prosedur kerja untuk daerah sampling lain.

D.    Belt Transek

1.      Tentukan areal yang akan diamati.
2.      Bentangkan sepasang tali sepanjang 30 meter dengan jarak antara tali satu dengan tali lain 1 m menggunakan patok.
3.      Buat petak sebanyak 30 kolom di antara 2 tali tersebut.
4.      Hitung pohon yang ada pada petak  ganjil.
5.      Masukkan data ke dalam tabel dan menganalisis data tersebut
6.      Ulangi prosedur kerja untuk daerah sampling lain sebanyak 2x.



DAFTAR PUSTAKA
Gopal, B. dan N. Bhardwaj, 1979. Element Of Ecology. Department Of Botany.    Rajasthan University Jaipur, India.

Indriyanto, 2010. Ekologi Hutan. Bumi Aksara, Jakarta.

Soegianto, A., 1994. Ekologi Kuantitatif:Metode Analisis Populasi dan        Komunitas. Penerbit Usaha Nasional, Jakarta.

Umar, Muhammad Ruslan, 2013. Ekologi Umum Dalam Praktikum. Jurusan          Biologi. Universitas Hasanuddin, Makassar.

No comments:

Post a Comment

Semoga bermanfaat...Silahkan komentarnya,,,