LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Meningkatnya
aktivitas manusia di rumah tangga menyebabkan semakin besarnya volume limbah
yang dihasilkan dari waktu ke waktu. Volume limbah rumah tangga meningkat 5
juta m3 pertahun, dengan peningkatan kandungan rata-rata 50% . Konsekuensinya
adalah beban badan air yang selama ini dijadikan tempat pembuangan limbah rumah
tangga menjadi semakin berat, termasuk terganggunya komponen lain seperti
saluran air, biota perairan dan sumber air penduduk. Keadaan tersebut
menyebabkan terjadinya pencemaran yang banyak menimbulkan kerugian bagi manusia
dan lingkungan (Yusuf, 2008).
Pada
Umumnya air yang tercemar mempunyai kandungan O2 sangat rendah, hal
ini disebabkan oleh oksigen terlarut dalam air diserap oleh mikroorganisme
untuk mendegradasi bahan buangan organik sehingga mengikuti reaksi oksidasi
biasa atau menjadi bahan yang mudah menguap. Dalam proses degradasi membutuhkan
berkisar 10-20 hari pada suhu 20oC, dalam 2 hari kemungkinan besar
reaksi sudah mencapai 50% dan pada hari ke 5 reaksi sudah mencapai 75% bahan
terdegradasi, ini tergantung dari kerja mikroorganisme dan jumlah oksigen
terlarut. Semakin tinggi aktivitas mikroba menguraikan bahan organik makin
cepat kandungan O2 dalam air habis, sehingga dapat dikatakan bahwa
kestabilan relatif dari air tadi rendah (Umar, 2013).
Pencemaran
air adalah penambahan unsur atau organisme laut kedalam air, sehingga pemanfaatannya
dapat terganggu. Pencemaran air dapat menyebabkan kerugian ekonomi dan sosial,
karena adanya gangguan oleh adanya zat-zat beracun atau muatan bahan organik
yang berlebih. Keadaan ini akan menyebabkan oksigen terlarut dalam air pada
kondisi yang kritis, atau merusak kadar kimia air (Salmin, 2005).
I.2
Tujuan Percobaan
Tujuan praktikum
ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui kualitas air dari beberapa sumber yang berbeda, dengan menggunakan
methylen blue.
2. Mengenalkan
dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang berhubungan
dengan pencemaran lingkungan.
I.3
Waktu Percobaan
Percobaan ini
dilaksanakan pada hari Kamis, Tanggal 28 Maret 2013, Pukul 14.30 - 17.00 WITA.
Bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Polusi atau
pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat
energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang
atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Undang-undang
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982). Zat atau bahan yang dapat
mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Syarat-syarat suatu zat disebut
polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup.
Contohnya, karbondioksida dengan kadar 0,033% di udara berfaedah bagi tumbuhan,
tetapi bila lebih tinggi dari 0,033% dapat rnemberikan efek merusak (Anonim,
2000):
a). Suatu zat dapat disebut polutan
apabila:
1. jumlahnya melebihi jumlah normal
2. berada pada waktu yang tidak tepat
3. berada pada tempat yang tidak tepat
b). Polusi air dapat disebabkan oleh beberapa
jenis pencemar sebagai berikut:
·
Pembuangan limbah industri, sisa
insektisida, dan pembuangan sampah domestik, misalnya, sisa detergen mencemari
air. Buangan industri seperti Pb, Hg, Zn, dan CO, dapat terakumulasi dan
bersifat racun.
·
Sampah organik yang dibusukkan oleh
bakteri menyebabkan 02 di air berkurang sehingga mengganggu aktivitas kehidupan
organisme air. sehingga terjadinya proses pengambilan oksigen yang berlebihan.
·
Fosfat hasil pembusukan bersama h03 dan
pupuk pertanian terakumulasi dan menyebabkan eutrofikasi, yaitu penimbunan
mineral yang menyebabkan pertumbuhan yang cepat pada alga (Blooming alga).
Akibatnya, tanaman di dalam air tidak dapat berfotosintesis karena sinar
matahari terhalang.
·
Salah
satu bahan pencemar di laut adalah tumpahan minyak bumi, akibat kecelakaan
kapal tanker minyak yang sering terjadi. Banyak organisme akuatik yang mati
atau keracunan karenanya. (Untuk membersihkan kawasan tercemar diperlukan
koordinasi dari berbagai pihak dan dibutuhkan biaya yang mahal. Bila terlambat
penanggulangan-nya, kerugian manusia semakin banyak. Secara ekologis, dapat
mengganggu ekosistem laut. Bila terjadi pencemaran di air, maka terjadi
akumulasi zat pencemar pada tubuh organisme air. Akumulasi pencemar ini semakin
meningkat pada organisme pemangsa yang lebih besar.
Banyak
air tawar yang tercemar berat oleh sisa pembuangan kotoran dan cairan
pembuangan industry yang masuk ke dalam sungai-sungai. Hal ini menyebabkan
zat-zat beracun yang terdapat pada cairan pembuangan tersebut terlarut dan
terbawa masuk ke laut. Cairan buangan adalah sisa pembuangan dalam suatu bentuk
cairan yang dihasilkan dari proses-proses industri dan kegiatan rumah tangga
(Michael, 1999).
Derajat
pencemaran suatu perairan dapat diketahui dengan bermacam-macam cara, misalnya
berdasarkan, kejernihan air, kandungan O2 terlarut, kebutuhan O2 oleh mikroba (BOD = Biological
Oxygen Demand) dan proses kimiawi lainnya dalam penguraian bahan organik
didalam air. Berikut ini adalah
merupakan reaksi umum dari proses
penguraian bahan organik dalam air yang
membutuhkan oksigen (Umar, 2013):
a. Oksidasi Bahan Orhanik :
(CH2O)n
+ nO2 (enzim) nCO2 + nH2O
+ nNH3 panas
b. Sintesis Sel
(CH2O)n
+ NH3 + nO2 (enzim) komponen sel + nCO2
+
nH2O energi
c. Oksidasi sel
Komponen
sel + O2 (Enzim) nCO2 + nH2O+nNH3
energi
Kebutuhan
oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang diperlukan
oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik, pada kondisi aerobik. Pemecahan
bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan oleh organisme sebagai
bahan makanan dan energinyadiperoleh dari proses oksidasi.Parameter BOD, secara
umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran air buangan. Penentuan
BOD sangat penting untuk menelusuri aliran pencemaran dari tingkat hulu ke muara.
Sesungguhnya penentuan BOD merupakan suatu prosedur bioassay yang menyangkut
pengukuran banyaknya oksigen yang digunakan oleh organisme selama organisme
tersebut menguraikan bahan organik yang ada dalam suatu perairan, pada kondisi yang
harnpir sama dengan kondisi yang ada di alam. Selama pemeriksaan BOD, contoh
yang diperiksa harus bebas dari udara luar untuk rnencegah kontaminasi dari
oksigen yang ada di udara bebas. Konsentrasi air buangan/sampel tersebut juga harus
berada pada suatu tingkat pencemaran tertentu, hal ini untuk menjaga upaya oksigen
terlarut selalu ada selama pemeriksaan - pemeriksaan. Hal ini penting
diperhatikan mengingat kelarutan oksigen dalam air terbatas dan hanya berkisar
± 9 ppm pads suhu 20° (Salmin, 2005).
Pada
berbagai tempat di tanah air, limbah cair rumah tangga belum terjangkau oleh
teknologi pengolahan limbah. Selain biaya yang mahal dan penerapan yang sulit,
masih kuatnya pemikiran dan anggapan sebagian besar masyarakat bahwa pembuangan
limbah rumah tangga secara langsung ke lingkungan tidak akan menimbulkan dampak
yang serius. Dalam kondisi demikian, diperlukan suatu sistem pengolahan limbah
rumah tangga yang selain murah dan mudah diterapkan, juga dapat memberi hasil
yang optimal dalam mengolah dan mengendalikan limbah rumah tangga sehingga
dampaknya terhadap lingkungan dapat dikurangi. (Yusuf, 2008).
Oksigen
sangat dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan dan proses metabolisme.
Dalam perairan oksigen berperan dalam proses oksidasi den reduksi bahan kimia
menjadi senyawa yang lebih sederhana sebagai nutrien yang sangat dibutuhkan
organisme perairan. Sumber utama oksigen diperairan berasal dari proses difusi
udara bebas dan hasil proses fotosintesis. Untuk mengetahui kualitas suatu
perairan, parameter oksigen terlarut (DO) dan kebutuhan oksigen biokimia (BOD) memegang
peranan penting. Prinsip penentuannya bisa dilakukan dengan cara titrasi
iodometri atau langsung dengan alat DO meter. Suatu perairan yang tingkat
pencemarannya rendah dan bisa dikatagorikan sebagai perairan yang baik, maka
kadar oksigen terlarutnya (DO) > 5 ppm dan kadar oksigen biokimianya (BOD)
berkisar 0 - 10 ppm (Salmin, 2005).
Telah
banyak dilakukan penelitian tentang pengaruh air buangan industri dan limbah
penduduk terhadap organisme perairan, terutama pengaruhnya terhadap ikan. Akibat yang ditimbulkan antara lain
dapat menyebabkan kelumpuhan ikan, karena otak tidak mendapat suplai oksigen
serta kematian karena kekurangan oksigen (anoxia) yang disebabkan
jaringan tubuh ikan tidak dapat mengikat oksigen yang terlarut dalam darah (JON).
Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati
beberapa parameter kimia, sepeti oksigen terlarut (Dissolved Oxygen =
DO) dan kebutuhan oksigen biologis (Biological Oxygen Demand = BOD)
(Salmin, 2005).
Menurut
jenisnya bahan pencemar air dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Pencemaran
biologi dan Pencemaran kimia. Pencemaran biologi misalnya Escherichia coli dan Pencemaran kimia diperairan antara lain
Pestisida, dan detergen, limbah industri, dan lain-lain (Ferial, 2013).
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan
ini adalah, botol ukuran sedang dan besar, dan pipet tetes.
III.2 Bahan
Bahan
yang digunakan dalam percobaan ini adalah, Larutan Metilen Blue, Air selokan,
air PAM, air kolam, air danau, Air laut malam dan air laut pagi, air sungai,
dan air sumur, Karet gelang, plastik bening.
III.3
Cara Kerja
Adapun
cara kerja dalam melakukan percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Masing-masing
botol diberi label sesuai dengan jenis air. Kemudian isilah beberapa jenis air
tadi kedalam botol ukuran sedang.
2. Pengisian
harus sampai penuh dan dilakukan secara hati-hati, jangan sampai air terkocok
dan mengandung gelembung air.
3. Sebelum
ditutup dengan plastik, tambahkan dulu Metilen blue kedalam masing-masing botol
tadi 2-3 tetes atau secukupnya.
4. Tutuplah permukaan botol dengan plastik secara
hati-hati, usahakan jangan ada gelembung udara di dalam botol.
5. Simpanlah
semua botol yang sudah ditutup ditempat gelap dan amati perubahan yang terjadi
setiap hari/24 jam.
6. lakukanlah
sampai semua sampel berubah warna (12 hari).
7. Buatlah
laporan hasil pengamatan anda selama ini.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
IV.1
Hasil
Tabel
Pengamatan
No.
|
Air
Laut Malam
|
Air
Laut Pagi
|
Air
Selokan
|
Air
PAM
|
Air
Sumur
|
Air
Kolam
|
Air
Sungai
|
Air
Danau
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
+
|
+
|
++
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
++
|
++
|
++
|
-
|
-
|
-
|
+
|
+
|
4
|
++
|
+++
|
++
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
5
|
+++
|
+++
|
+++
|
+
|
+
|
+
|
++
|
++
|
6
|
+++
|
+++
|
+++
|
++
|
++
|
++
|
++
|
+++
|
7
|
+++
|
+++
|
+++
|
++
|
++
|
++
|
+++
|
+++
|
8
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
9
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
10
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
11
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
12
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
Ket: Biru :
-
Jernih
Kebiruan : +
Jernih : ++
Jernih
Sekali : +++
IV.2
Pembahasan
Polusi atau
pencemaran dapat didefinisikan sebagai
pelepasan zat-zat asing dalam jumlah melebihi batas dari yang diijinkan
ke dalam lingkungan contohnya pada Polusi domestik, yaitu polusi atau pencemaran yang disebabkan oleh
aktivitas rumah tangga yang dapat berupa sampah, sisa makanan, sabun, deterjen
dan bahan tinja, dimana bahan ini mudah diuraikan oleh mikroba air dengan
menggunakan oksigen terlarut dalam air sehingga terjadinya penyimpangan air
dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya.
Dari
percobaan yang dilakukan dengan menggunakan 8 jenis air yang berbeda,
ditempatkan pada ruangan gelap dan dalam kondisi atas botol yang tertutup
sehingga didapatkan hasil pengamatan yaitu pada hari ke 1, ke delapan jenis air
(air laut jam 12 dan jam 6, air selokan, PAM, sumur, kolam, sungai, dan danau)
masih dalam keadaan warna Biru (-) seperti warna setelah diberikan metilen blue.
Untuk air laut jam 12 malam perubahan warna jernih kebiruan (+) terjadi pada
hari ke 3 dan berubah menjadi jernih (++) pada hari ke 3 dan bertahan sampai
hari ke 4, sedangkan pada hari ke 5 air laut malam telah berubah menjadi jernih
sekali sampai (+++) hari ke 12. Pada Air laut pagi, perubahan menjadi jernih
sekali (+++) berlangsung lebih cepat pada hari ke 4, pada air selokan perubahan
warna jernih (++) terjadi lebih cepat pada hari ke 2 dan berubah menjadi jernih
sekali (+++) pada hari ke 5. Air PAM berubah jernih kebiruan pada hari ke 4,
warna jernih pada hari ke 6, dan jernih sekali pada hari ke 8 hal ini sama juga
terjadi pada air sumur dan air kolam. Sedangkan pada air sungai berubah warna
jernih (++) pada hari ke 3 dan jernih sekali (+++)pada hari ke 7. Air danau berubah warna jernih kebiruan (+)
pada hari ke 3, berubah jernih (++) pada hari ke 5, dan jernih sekali (+++) pada
hari ke 6. Pada hari ke 12 ke semua
jenis air ini
berada pada kondisi jernih sekali.
Perubahan
warna air terjadi karena dipengaruhi oleh
jumlah/kadar oksigen (O2)
yang terdapat dari masing-masing jenis air. Hal ini dikarenakan adanya
aktivitas mikroba yang ada pada perairan tersebut. Oksigen yang terlarut dalam
air akan diserah oleh mikroorganisme untuk mendegradasi bahan buangan organik
sehingga mengikuti reaksi oksidasi biasa atau menjadi bahan yang mudah menguap.
Jadi, makin tinggi aktivitas mikroba menguraikan bahan organik makin cepat
kandungan O2 dalam air habis sehingga apabila warna biru dari
methylen blue pada air makin jelas berarti kandungan O2 makin banyak
namun apabila warna birunya memudar maka kandungan O2 nya makin
berkurang.
Methylen blue adalah indikator
terhadap kandungan oksigen (O2) yang terlarut dalam air, dengan cara
memberikan indikator warna biru pada air jika masih terdapat oksigen. Jadi,
dengan adanya Methylen blue kita bisa mengamati kandungan oksigen dan kestabilan relatif yang
terlarut dalam air karena fungsinya yang sebagai indikator kandungan oksigen (O2) dalam air.
Sampel
air yang paling tercemar dari kedelapan jenis air ini adalah air selokan. Hal
ini disebabkan kandungan/jumlah mikroorganisme dalam air selokan yang banyak,
sehingga makin banyak mikroorganisme dalam air selokan maka makin tinggi
aktivitas degradasi bahan buangan organik/menguraikan bahan organik sehingga
kandungan oksigen akan banyak dipakai untuk pemenuhan kebutuhan mikroba dalam
air dan akibatnya nilai BOD nya rendah dan tingkat keanekaragaman juga rendah.
Faktor yang menyebabkan banyak mikroba yang terkandung dalam air selokan adalah
karena polusi domestik yang terkandung karena seperti yang kita ketahui bahwa
selokan berhubungan langsung dengan adanya limbah industri dan rumah tangga.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Dari
kedelapan sampel yang diamati yaitu air laut malam jam 12, air laut pagi jam 6,
air selokan, air PAM, air sumur, air kolam, air sungai, dan air danau dalam kualitas airnya didapatkan bahwa yang
paling tercemar adalah air selokan namun air PAM, Sumur, dan Kolam kualitasnya
lebih baik karena tingkat kandungan organismenya yang kurang/tingkat pencemaran
rendah.
2. Dengan
adanya percobaan ini kita dilatih dalam hal metode pengambilan sampel dan
proses mengolah sampel untuk mengetahui kandungan oksigen yang terlarut dalam
air sehingga dapat diketahui tingkat pencemaran lingkungan perairan.
V.2
Saran
Saran saya yaitu
agar Laboratorium dapat diperlengkap dengan pendingin udara dan kursi yang
dalam kondisi yang baik.
TINJAUAN
PUSTAKA
Anonim,
2000. Pencemaran Lingkungan,
http://bebas.vlsm.org/. Diakses pada hari
Minggu tanggal 31 Maret 2013. Pukul 21.00 WITA, Makassar.
Ferial,
Eddyman W., 2013. Pengetahuan Lingkungan.
Jurusan Biologi. Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Michael,
P., 1999. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang Dan Laboratorium.
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Salmin, (2005). “Oseana” Oksigen
Terlarut (DO) Dan Kebutuhan Oksigen
Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu
Indikator Menentukan Kualitas Perairan.
Volume XXX, Nomor 3, hal : 21 - 26.
Umar,
Muhammad Ruslan, 2013. Ekologi Umum Dalam
Praktikum. Jurusan Biologi.
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Yusuf, Guntur, (2008). “Jurnal Bumi
Lestari” Bioremediasi Limbah Rumah Tangga
Dengan Sistem Simulasi Tanaman Air. Vol. 8 No. 2,. hal. 136- 144.
terimakasih banyak ><
ReplyDeletelengkap sekali kak infonya makasih
ReplyDeletecek internet axis