Friday, March 30, 2018

Misteri Sindrom Latah

Terkejut (Sumber: flickr/kafka4prez)
Siapa sih yang tidak kenal dengan Mpok Atik, Ruben Onsu, dan Olga Syahputra, mereka itu adalah sebagian comedian yang latah. Zaman sekarang, latah dijadikan salah satu hiburan menarik bagi sebagian orang. so.. apa sebenarnya latah ini ? Menurut Wilkipedia..latah merupakan suatu kodisi / keadaan fisik di mana penderita secara spontanitas mengeluarkan respon (berupa ucapan kata-kata atau kalimat dan sering disertai gerakan tubuh) terhadap suara atau gerakan yang sifatnya mengagetkan penderita. 
Nah..sekarang  timbul pertanyaan, apakah latah itu merupakan sindrom? apakah menular ? atau merupakan penyakit keturunan? Semua akan diungkap rahasianya tentang mitos latah itu disini, so daripada penasaran silahkan dibaca.ok

Latah Termasuk Sindrom ?
Latah merupakan salah satu bentuk gangguan culture bound-syndromes yang tertua (Hall, 2001). Sekarang ini sudah terdeteksi sebanyak 186 bentuk gangguan culture bound-syndromes yang terdapat didunia. Beberapa contoh gangguan culture bound-syndromes yang terkenal antara lain adalah amok, susto, koro, dan latah. Amok banyak dialami pada laki-laki di Malaysia, yaitu melakukan tindakan kekerasan secara tiba-tiba yang sebelumnya didahului oleh penarikan diri, kelelahan dan apatis, Susto banyak di jumpai di Amerika Tengah dan Selatan serta Amerika Utara, yaitu kehilangan jiwa dimulai dengan perasaan takut yang kuat dan diikuti turunya berat badan. Koro banyak dialami masyarakat Malaysia dan Cina, yaitu ketakutan akan masuknya tubuh seseorang.
Menurut J.P. Chaplin, latah atau lattah sebagai, suatu penyakit jiwa, dicirikan dengan kegairahan, kehebohan, dan suggestibilitas besar , disertai halusinasi dari isi seksual. Penyakit atau gangguan seksual ini sering kita amati di kalangan wanita di Malaysia. Beberapa peneliti mengemukakan bahwa latah termasuk sindom terkait budaya (cultural bound-syndrome), karena tidak ditemukan dalam masyarakat Barat dan Sejauh ini, latah baru ditemukan di budaya dan orang Asia Tenggara, terutama Indonesia dan Malaysia.

Latah Menular ?
           Sebenarnya tidak, latah bisa terjadi pada setiap orang dan sebenarnya dapat diatasi. Menurut peneliti, karakter orang Melayu dan Jawa secara alami merupakan orang yang nervous, sensitif terhadap ejekan, gampang tersulut emosi, selalu berpikir untuk menyeimbangkan diri, untuk selalu tenang dan ingin tetap lugas. Hal ini membuat mereka mudah terbebani oleh tekanan dan stres, bisa menjadi penyebab munculnya latah ini.
Namun, ada juga orang yang cenderung tertular karena faktor ikut-ikutan. Perilaku ikut-ikutan tersebut dalam konsep psikologi dapat dikatakan sebagai konformitas. Konformitas itu sendiri adalah apabila individu menampilkan perilaku tertentu karena orang lain menampilkan perilaku tersebut (Sears dkk, 1994). Sedangkan menurut Kiesler dan Kiesler (dalam Sarwono, 1997) mengungkapkan bahwa konformitas adalah salah satu perubahan perilaku atau keyakinan karena adanya pengaruh dari kelompok, baik yang sungguh-sungguh maupun yang terbayangkan saja. 

Ada tiga pendekatan yang bisa dipakai dalam menjelaskannya:

a. Teori Pemberontakan
Dalam kondisi latah, seseorang bisa mengungkapkan hal-hal yang dianggap dilarang tanpa merasa bersalah melakukannya. Gejala seperti itu merupakan gangguan tingkah laku yang mengarah kepada obsesif.

b. Teori Kecemasan
Penderita latah terjadi karena yang bersangkutan mengalami kecemasan terhadap sesuatu tanpa disadari. Yang melatarbelakangi kecemasan itu adalah karena adanya sosok otoriter disekitar orang latah seperti ayah, ibu, kakak atau anggota keluarga yang lain. 

c. Teori Pengkondisian
Inilah yang memunculkan mitos latah disebabkan akibat ketularan, padahal penderita latah pada kategori ini disebabkan karena terkondisikan oleh lingkungan.

Siapa-siapa saja yang dapat latah ?
            Teori kuno menyatakan, penderita latah biasanya orang tua, perempuan berpendidikan rendah dan berasal dari kelas ekonomi bawah. Namun teori itu tak sepenuhnya tepat, buktinya kini banyak remaja yang mengidap latah. Penderita latah pria pun ada meski jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan perempuan. Latah dapat juga terjadi pada remaja khususnya remaja putri, hal ini dikarenakan masa remaja adalah masa yang perkembangan sosialnya sangat dipengaruhi oleh kelompok teman sepermainannya. Apabila salah satu temannya ada yang menderita latah dan teman yang lain menganggap latah adalah lucu atau trend maka tidak menutup kemungkinan teman-teman yang lain akan ikut-ikutan latah.

Faktor-faktor Penyebab Latah
Menurut Bastaman (1975), ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya latah pada diri seseorang antara lain:

a. Keluarga dan teman sebaya
Winzeler (1995) mengatakan bahwa seseorang yang latah biasanya memiliki keluarga yang latah sehingga latah tersebut diperoleh seseorang dengan mengamati atau mengobservasi anggota keluarga yang latah juga, biasanya anggota keluarga tersebut lebih tua. Anggota keluarga yang lebih tua disini berperan sebagai model dari gejala latah yang muncul pada seseorang.  

b. Budaya
Menurut Geertz dkk (2001) budaya berpengaruh pada timbulnya gejala latah. Hal itulah yang menyebabkan fenomena latah tidak terdapat pada setiap kebudayaan. Menurut mereka latah dianggap sebagai salah satu alternatif solusi agar perilakunya diterima karena adanya pembatasan dalam pengekspresian emosi, seksual, dan pendapat.

c. Pengalaman Latah bisa muncul karena penderita pernah mengalami pengalaman traumatik sebelumnya sehingga ia menjadi shock atau trauma. Salah satu contoh dikemukakan oleh Winzeler (1995) yaitu seseorang menjadi latah setelah mengalami kecelakaan mobil yang menyebabkan dirinya menjadi mudah sekali terkejut.

d. Mimpi Banyak orang menyebutkan bahwa latah muncul karena adanya dorongan seksual yang tidak tersalurkan. Hal itu benar mengingat ditemukan pada beberapa kasus bahwa seseorang menjadi latah setelah sebelumnya memimpikan sesuatu yang berkaitan dengan masalah seksual.

Jenis-Jenis Reaksi Latah
1. Koprolalia: mengucapkan kata-kata yang dianggap tabu/kotor.
2. Ekolalia: mengulangi perkataan orang lain
3. Ekopraksia: meniru gerakan orang lain
4. Automatic obedience: melaksanakan perintah secara spontan pada saat terkejut.

Apakah Bisa Disembuhkan ?
Bisa, karena penyebab munculnya penyakit latah adalah "keterkejutan", maka seseorang yang ingin mengurangi dan menyembuhkan penyakit latah adalah dengan memperoleh ketenangan hidup. Misalnya keluar dari rumah atau orangtuanya yang kerap melakukan tekanan, atau berganti pekerjaan jika pekerjaan itu membuatnya stress.
Untuk menyembuhkan penyakit latah, lingkungan juga harus berempati. Ada penderita yang sembuh dengan sendirinya setelah berkeluarga dan hidup tenang. Selebihnya penderita diharapkan terus melakukan latihan relaksasi, meditasi dan konsentrasi secara rutin. Kegiatan ini akan  membantu penderita menuju kesembuhan. Dan sering-seringlah melakukan aktivitas menyenangkan dan tidak membuat stress. Ingat, jika ingin sembuh sebaiknya mengontrol diri saat kita bertemu dengan orang uang cenderung latah.

Jadi, latah itu bukan merupakan penyakit keturunan dan sindrom-sindrom akibat abrasi kromosom, namun hanya merupakan sindrom yang dipengaruhi unsur budaya. Sebenarnya sindrom itu adalah hanya untuk menggambarkan berbagai karakter dan gejala, bukan diagnosa. Namun kadang-kadang, beberapa sindrom dijadikan nama penyakit.  Jadi sindrom latah tidak terlalu berbahaya, hanya saja sebaiknya dijauhi karena bisa jadi dapat merugikan orang lain.

Itulah tadi penjelasan tentang misteri sindrom latah, jika ada pertanyaan ataupun masih ada yang kurang jelas, segera tinggalkan komentar. Terimakasih.

Artikel ini pernah diposting di facebook penulis: https://web.facebook.com/notes/abdi-khalik/misteri-sindrom-latah/577493505606315/

 Refensi:
 Anonim, 2013. LATAH: Sindrom Terkait Budaya. http://muslimpsikologi.blogspot.com. Diakses    Pada tanggal 21 mei 2013, Pukul 11.23 WITA, Makassar.

Fitriani,  2013. Jurnal: Perilaku Latah Pada Remaja. Fakultas Psikologi. Universitas Gunadarma.

No comments:

Post a Comment

Semoga bermanfaat...Silahkan komentarnya,,,