BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pada
beberapa tumbuhan bunga merupakan organ reproduksi yang sangat penting,
khususnya tumbuhan angiospermae. Bunga merupakan salah satu hasil dari
perkembangan yang nyata dari suatu tumbuhan. Kemunculannya merupakan kejadian
yang lazim terjadi pada setiap pertumbuhan. Kebanyakan tumbuhan, proses
terbentuknya bunga sangat dipengaruhi oleh faktor. Beberapa tumbuhan harus
mengalami periode suhu rendah selama fase vegetatifnya sebelum terbentuk bunga,
sedangkan tumbuhan lain akan berbunga bila mendapatkan cahaya yang cukup.
Pengaruh lamanya penyinaran pada proses pembentukan bunga dan perkembangan
tumbuhan disebut fotoperiodisme (Latunra, 2014).
Fotoperiodisitas
(panjang hari) merupakan perbandingan antara lamanya waktu siang dan malam hari.
Di daerah tropis panjang siang dan malam hampir sama. Makin jauh dari equator
(garis lintang besar), perbedaan antara panjang siang dan malam hari juga makin
besar (Indramawan, 2009).
Fotoperiodisitas dikenal sebagai biological clock untuk membuat mekanisme
waktu yang berubah-ubah. Biological clock
adalah mekanisme fisiologis untuk pengaturan waktu. Diantara tumbuhan tingkat tinggi,
beberapa jenis tumbuhan berbunga dengan hari panjang (long day plants), yang lain berbunga dengan hari pendek (kurang
dari 12 jam) dikenal sebagai short day
plants (Ansal, 2008).
Berdasarkan beberapa teori diatas, untuk
membuktikan pengaruh fotoperiodisitas terhadap pembungaan maka dilakukanlah
percobaan kontrol fotoperiodisitas terhadap pembungaan pada tanaman pacar air Impatiens balsamina.
I.2 Tujuan
Tujuan
percobaan ini adalah melihat pengaruh fotoperiodisme terhadap pembentukan bunga
pada tanaman pacar air Impatiens
balsamina.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Fotoperiodisitas
mempengaruhi beberapa aspek pada pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan dapat ditunjukkan
dengan mengukur tinggi tanaman, panjang dan lebar daun serta berdasarkan
pengamatan diameter dan anatomi batang. Perkembangan tumbuhan merupakan bentuk
diferensiasi suatu perubahan dalam tingkat yang lebih tinggi yang menyangkut
spesialisasi dan organisasi secara anatomi dan fisiologi, selain itu terjadi
karena pembelahan sel (Hopkins, 1995).
Pola
perkembangan tumbuhan ditentukan oleh kerja sama antara faktor genetik serta
faktor lingkungan. Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat erat hubungannya
dengan kehidupan tanaman yang akan mempengaruhi proses fisiologi dalam tanaman.
Semua proses fisiologi akan dipengaruhi oleh temperatur dan beberapa proses
akan tergantung dari cahaya. Cahaya
merupakan salah satu kunci penentu dalam metabolisme dan fotosintesis tanaman.
Cahaya dibutuhkan oleh tanaman mulai dari proses perkecambahan biji sampai
dewasa. Tanaman yang kekurangan cahaya pada saat perkecambahan akan menimbulkan
gejala etiolasi. Kekurangan cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis
dan menekan pertumbuhan (Lakitan, 1996).
Setiap tanaman memiliki tanggapan
yang berbeda-beda terhadap kualitas cahaya. Hal ini diketahui dari perbedaan
panjang gelombang yang distribusinya berbeda pada pagi dan sore hari. Pada pagi
hari umumnya lebih banyak panjang gelombang pendek dan semakin berkurang pada
sore hari. Oleh karena itu efektifitas fotosintesis maksimal pada siang hari
(Lakitan, 1996).
Penggunaan
cahaya yang maksimal sangat penting untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi.
Pengaruh utama cahaya terhadap tanaman adalah pada proses pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, yaitu melalui fotosintesis dan fototropisme. Pengaruh
yang lain adalah fotomorfogenesis yaitu melalui pengendalian morfogenesis oleh cahaya.
Beberapa hal yang dipengaruhi oleh pencahayaan adalah produksi klorofil,
pembukaan dan penutupan stomata, pemanjangan daun, dan perkembangan akar, di mana
dengan penyerapan cahaya maksimal akan memacu pengaktifan amino levurinic acid
yang digunakan sebagai prekursor biosintesis klorofil. Peningkatan biosintesis
klorofil akan meningkatkan proses fotosintesis dan akhirnya akan memacu pertumbuhan
tanaman (Salisbury dan Ross, 1995).
Faktor utama yang dibutuhkan untuk
memicu pembungaan adalah panjang malam yang memadai. Periodisitas pada tanaman
diatur oleh phytochrome yang terdapat
dalam daun. Phytochrome adalah
protein molekul homodimer yang memiliki dua bentuk yang dapat saling bertukar,
yaitu PR yang mengabsorbsi cahaya merah (red) dengan panjang gelombang 660 nm dan PFR yang mengabsorbsi
cahaya far red dengan panjang
gelombang 730 nm. Absorbsi cahaya merah oleh PR akan mengubah menjadi PFR. Absorbsi
cahaya far red oleh PFR mengubahnya
menjadi PR. Sinar matahari mengandung banyak cahaya merah pada siang
hari, sehingga seluruh PR akan terkonversi menjadi PFR.
Sedangkan pada kondisi gelap PFR secara otomatis akan berubah
menjadi PR (Gambar 1). Akumulasi PR akan mengaktifkan pelepasan sinyal kimiawi
yang disebut florigen sebagai sinyal pembungaan (Kimball, 1990).
Adanya
sifat kepekaan terhadap fotoperiodisitas, menyebabkan tanaman cepat berbunga
dan cepat memasuki fase generatif. Dengan demikian, pertumbuhan tanaman akan
menurun. Bila pertumbuhan vegetatifnya menurun yang ditandai dengan penurunan
tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah bobot batang, sehingga akan
menyebabkan hasil serat lebih rendah dibandingkan dengan varietas yang
pertumbuhan vegetatifnya terus berlangsung panjang (Hamida dan Nugraheni, 2012).
Sejumlah
spesies terbukti kurang peka terhadap faktor panjang penyinaran, tetapi hal ini
menentukan apakah tanaman tersebut hanya akan membentuk bagian vegetatif saja,
tetapi panjang penyinaran juga akan menentukan apakah tanaman tersebut akan
membentuk internodus yang panjang atau lebih pendek dari internodus normal.
Pada tanaman hari pendek, panjangnya penyinaran merupakan faktor pembatas yang
berakibat membentuk vegetatif yang besar sedangkan fase pembungaannya akan
terhambat. Sedangkan tanaman hari panjang, jika tanaman pada daerah yang panjang
penyinarannya lebih pendek akan menunjukkan pertumbuhan internodus yang lebih
pendek dan cenderung membentuk roset serta masa pembungaannya akan terhambat.
Jadi selama pertumbuhan fase vegetatif tersebut diusahakan jatuh pada bulan yang
memiliki fotoperiode panjang (Hamida dan Nugraheni, 2012).
Pada kebanyakan
kasus, rangsangan yang memulai proses pembuangan tampaknya berasal dari luar.
Suhu seringkali berfungsi sebagai perangsang kritis. Hal ini terutama benar
bagi spesies biennial, yakni tumbuhan yang memerlukan dua musim tumbuh agar
dapat melengkapi daur hidupnya. Bit, wortel, bayam merupakan tiga tanaman
biennial yang sering dijumpai. Pada musim tumbuh yang pertama, tumbuhan
tersebut mengembangkan akar, batang yang pendek, dan sekelompok daun. Selama
musim ini, makanan disimpan dalam sistem perakaran. Dengan datangnya cuaca yang
dingi, maka pucuknya akan mati. Musim berikutnya bunga terbentuk pada
pertumbuhan pucuk yang baru. Setelah proses reproduksi lengkap, seluruh tanaman
mati. Akan tetapi, perbungaan tidak terjadi pada musim kedua, kecuali jika
tanaman dibiarkan dalam cuaca dingin selam musim dingin. Masih ada faktor lain
yang memicu proses pembungaan pada banyak spesies tumbuhan yaitu perubahan pada
interval penyinaran sehari-hari terhadap tumbuhan (Kimball, 1990).
Pada
tanaman kenaf dan rosela, pengaruh cahaya yang penting adalah fotoperiodisitas
(panjang hari). Kekurangan cahaya memiliki pengaruh yang langsung terhadap
proses-proses fisiologi. Bila cahaya kurang, proses respirasi dan
fotosintesisnya tidak dapat terlaksana dengan baik, maka akan menghambat proses
pembentukan akar, sehingga pertumbuhan tidak kontinu pada seluruh bagian
tanaman. Selain itu berkurangnya efisiensi fotosintesis dapat menyebabkan laju
penyerapan unsur hara rendah, karena antara fotosintesis dan penyerapan hara
memiliki hubungan yang erat. Makin tinggi laju fotosintesis, maka penyerapan
hara juga makin meningkat. Radiasi yang rendah akan menyebabkan kurangnya
penyerapan unsur yang diberikan dalam bentuk pupuk, serta dapat mengurangi
efisiensi pemupukan terutama pupuk yang mudah hilang (Hamida dan Nugraheni,
2012).
Organisme yang berbeda menggunakan
perubahan musiman bertahap penyinaran yang dapat mengatur waktu proses
perkembangan yang beragam, seperti peralihan menuju bunga pada tumbuhan.
Florigen adalah sistemik Sinyal yang dibentuk pada daun terpapar isyarat
lingkungan spesifik, terutama photoperiodik, dan mampu memicu induksi bunga di beberapa
spesies. Contohnya pada markisa Passiflora
edulis. Pembentukan bunga setelah pembentukan sepal /daun kelopak membutuhkan
fotoperiode yang panjang. Penelitian mengenai markisa kuning menunjukkan tidak
adanya bunga di bawah day lengths
(hari panjang) di bawah 11 hingga 12 jam. Pada 'PD', bunga tidak berkembang dengan
suhu yang hangat di atas 28°C dalam penyinaran apapun (Nave et al., 2010).
Sumber:
http://onlinelibrary.wiley.com
Gambar:
Perkembangan bunga markisa Passiflora
edulis (Nave et al., 2010)
Analisis
cahaya-mikroskop tahap perkembangan bunga markisa dengan LDS. (a-l) tahap
perkembangan dari bunga, diambil dari bagian membujur dari puncak dari tanaman yang
terkena LDs. Pucuk apikal meristem (SAM) memproduksi berturut-turut daun, l, primordia. Pada dasar bawah daun dari
primordial ini, sulur meristem, tm, Dibentuk (a-c). Tahap dalam
pengembangan bunga adalah pembentukan dari bunga yang terpisah, f, primordial pada sayap dari meristem
sulur (d). pada tahap II, bract pertama, b1
, Primordial adalah terbentuk (e, f). Pembentukan tambahan tanda bract
primordia tahap III (g, h). Sepal daun, s,
primordia terbentuk pada tahap IV ketika tangkai, pd, mulai memanjangkan (i), dan kelopak, p, primordia muncul pada tahap V (j). Benang sari, st, primordia yang terbentuk pada Tahap
VI (k), dan ginesium, g, primordial pada
tahap VII (i). Skala bar adalah 0,1 mm untuk semua panel (Nave et al., 2010).
Salah
satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah intensitas cahaya.
Tanaman yang diletakkan di tempat yang teduh, akan tumbuh dengan ciri-ciri
berdaun hijau tua, pertumbuhannya lebih lambat namun stomatanya berjumlah
sedikit namun ukurannya besar, perakaranya tidak terlalu lebat. Berbeda tanaman
yang ditanamam ditempat yang mendapatkan banyak cahaya, maka tanaman itu akan
memiliki ciri-ciri berdaun hijau muda, stomatanya berukuran kecil dan berjumlah
banyak, perakarannya lebih lebat dan pertumbuhannya lebih cepat. Beberapa
proses dalam perkembangan tanaman yang dikendalikan oleh cahaya antara lain
perkecambahan, perpanjangan batang, perluasan daun, sintesis klorofil, gerakan
batang, gerakan daun, pembukaan bunga, dan dominasi tunas (Latunra, 2014).
Cahaya matahari mempunyai peranan besar
dalam proses fisiologi tanaman seperti fotosintesis, respirasi, pertumbuhan dan
perkembangan, menutup dan membukanya stomata, dan perkecambahan tanaman serta
metabolisme tanaman hijau (Salisbury dan Ross, 1995).
BAB III
METODE
PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan
ini adalah polybag, silet, mikroskop, deck glass, objek glass dan kamera.
III.2
Bahan
Bahan yang
digunakan dalam percobaan biji tanaman pacar air Impatiens balsamina, tanah dan air.
III.3 Cara Kerja
Cara kerja dari percobaan ini
adalah:
1. Memilih
dan menyemaikan biji pacar air Impatiens
balsamina pada polybag yang telah diisi tanah dan memeliharanya selama 4
minggu.
2. Mengamati
perkembangan biji selama satu bulan.
3. Memelihara
tanaman pacar air Impatiens jika setelah
berumur satu bulan, selama beberapa hari di bawah kondisi cahaya yang normal.
4. Meletakkan
satu polybag di tempat yang mendapatkan cahaya pendek (8 jam terang, 16 jam
gelap), dan 1 polybag lainnya pada tempat yang mendapat cahaya panjang (16 jam
terang dan 8 jam gelap).
5. Mengambil
tanaman tersebut setelah di beri perlakuan fotoperiode, kemudian mengiris dan
memeriksa dengan menggunakan mikroskop untuk mengetahui ada tidaknya struktur
bunga (primordial bunga).
DAFTAR
PUSTAKA
Ansal,
B.,
2008. Faktor Pembatas dan
Lingkungan Fisik. UI Press, Jakarta.
Hamida,
R., dan Suminar Diyah Nugraheni, 2012. Fotoperiodisitas
Dan Hubungannya Terhadap Pertumbuhan
Dan Produksi Kenaf (Hibiscus cannabinus
L.) dan Rosela (Hibiscus sabdariffa L.). Http://balittas.litbang.deptan.go.id.
Diakses pada tanggal 2 Mei 2014, pukul 21.00
WITA, Makassar.
Hopkins,
W. G., 1995. Introduction to Plant
Physiology Second Edition. John Wiley & Sons Inc., Canada.
Indramawan,
S., 2009. Pembungaan
Angiospermae. Universitas Gadjah Mada Press,
Yogyakarta.
Kimball,
J. W., 1990. Biologi Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Lakitan,
B., 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan
Perkembangan Tanaman. Grafindo Persada,
Jakarta.
Latunra,
A. I., 2014. Penuntun Praktikum Struktur
Perkembangan Tumbuhan II. Jurusan
Biologi. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Nave, N., et
al., 2010. Flower development in the
passion fruit Passiļ¬ora edulis requires
a photoperiod-induced systemic graft-transmissible signal. Http://onlinelibrary.wiley.com.
Plant, Cell and Environment Vol. 33 (No.1), hal.
2065-2083.
Salisbury,
F. B. dan C. W., Ross, 1995. Fisiologi
Tumbuhan Jilid Tiga. Penerbit Institut Teknologi Bandung, Bandung.
No comments:
Post a Comment
Semoga bermanfaat...Silahkan komentarnya,,,