Wednesday, July 27, 2016

Indeks Keanekaragaman Serangga Di Padang Rumput



BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
            Secara umum dapat dapat dikatakan bahwa untuk menetukan indeks keanekaragaman suatu komunitas, sangat diperlukan pengetahuan/keterampilan dalam mengidentifikasi hewan. Pada dasarnya, jumlah hewan yang berbeda di daerah tropis jauh lebih baik banyak bila dibandingkan dengan daerah temperatur dan daerah beriklim dingin. Bagi seseorang yang sudah terbiasa pun, melakukan identifikasi hewan sering membutuhkan waktu yang lama, apalagi bagi yang belum terbiasa (Umar, 2013).
            Pada penelitian keanekaragaman hayati ini menampilkan daftar jenis dan informasi lainnya, misalnya jumlah individu, fungsi, dan habitat tempat hidupnya. Dipilih cara mengukur keanekaragaman dengan menggunakan Indeks Keanekaragaman Shannon (Indeks Keanekaragaman Shannon- Wienner) memakai jumlah jenis, kelimpahan atau jumlah individu setiap jenis, dan menggabungkan keduanya. Nilai keanekaragaman bervariasi, semakin tinggi nilainya berarti keanekaragaman jenis semakin tinggi. Sebaran keanekaragaman (evenness) merupakan perbandingan antara nilai keanekaragaman yang diperoleh dengan nilai keanekaragaman maksimum (Erawati dan Sih, 2010).
          Beberapa tujuan yang praktis, ada suatu cara penentuan untuk menduga indeks keanekaragaman suatu habitat / komunitas, tanpa harus mengetahui nama masing-masing jenis hewan dan kelompok hewan. Kemampuan yang diperlukan hanya menyatakan, apakah kedua jenis hewan sama atau tidak / berbeda. Metode itu dikemukakan oleh Kennedy (1977) (Umar, 2013).
I.2 Tujuan Percobaan
            Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
a.    Menentukan indeks keanekaragaman serangga yang terdapat di padang rumput dengan menggunakan indeks kennedy.
b.    Melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dan cepat dalam memprediksi keadaan suatu komunitas.

I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
            Percobaan ini dilaksanakan pada hari Kamis, Tanggal 11 April 2013, pengambilan sampel dilaksanakan pada pukul 06.00 - 08.00 WITA, Bertempat di Danau Universitas Hasanuddin, Makassar. Percobaan yang dilakukan didalam Laboratorium dilaksanakan pada Pukul 14.30 - 17.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
           



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
            Keanekaragaman hayati merupakan kekayaan hidup organisme dibumi, berupa tumbuhan, hewan, mikroorganisme, dan genetika yang dikandungnya, serta ekosistem yang dibangunya menjadi lingkungan hidup. Jadi keanekaragaman hayati harus dillihat dari tiga tingkatan yaitu tingkatan variasi genetik, variasi spesies, dann variasi habitat atau ekosistem (Umar, 2013).
            Indeks keragaman jenis merupakan parameter yang sangat banyak digunakan  untuk membandingkan data komunitas tumbuhan dan hewan terutama untuk mempelajari pengaruh dari gangguan faktor biotik atau untuk mengetahui  tingkat tahapan suksesi yang dan kestabilan dari komunitas tersebut. Keragaman jenis dihitung dengan menggunakan indeks keragaman  jenis yang merupakan perbandingan antara jumlah dari jenis dan nilai penting untuk jumlah atau biomassa atau produktivitas dari individu (Usman, 2010).
            Komunitas yang mengalami situasi lingkungan yang keras dan tidak menyenangkan di mana kondisi fisik terus-menerus menderita, kadangkala atau secara berkala, cenderung terdiri atas sejumlah kecil spesies yang berlimpah. Dalam lingkungan yang lunak atau menyenangkan, jumlah spesies besar, namun tidak ada satu pun yang berlimpah. Keragaman spesies dapat diambil untuk menandai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sejumlah spesies yang ada. Hubungan ini dapat dinyatakan secara numeric sebagai indeks keragaman. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil. Gsngguan parah menyebabkan penurunan yang nyata dalam keragaman. Keragaman yang besar juga mencirikan ketersediaan sejumlah besar ceruk (Michael, 1999).
            Salah satu alasan mengapa serangga memiliki keanekaragaman dan kelimpahan yang tinggi adalah kemampuan reproduksinya yang tinggi, serangga bereproduksi dalam jumlah yang sangat besar, dan pada beberapa spesies bahkan mampu menghasilkan beberapa generasi dalam satu tahun (Febriawan, 2012).
            Tidak ada individu dalam suatu populasi yang persisi sama.  Perbedaan  morfologis di antara individi-individu Dri populasi yang sama disebabkan oleh rias genetiknya maupun oelh keragaman dalam berbagai faktor lingkungan. Sifat dan tingkat kkeragaman ini mencirikan fenotip dari keseluruhan populasi. Karena individu-individu suatu populasi saling membiak secara bebas di antara mereka sendiri, mereka memakai bersama kutub genetik yang sama memiliki sejumlah gen yang umum. Ini menghasilkan kemiripan yang besar dibandingkan keragaman. Meskipun habitat mikro yang dihuni oleh anggota-anggota suatu populai berbeda satu sama lain, dalam daerah tertentu mereka mirip. Dengan demikian, keragaman yang dihasilkan dalam morfologi mereka berkisar pada kenampakan utama yang umum. Sifat dan tingkat keragaman adalah khas untuk suatu ineraksi populasi-habitat. Keragaman yang demikian tidak hanya dicerminkan dalam morfologi individu-individu, namun juga dalam fisiologi garis besar, alur-alur metabolic, komposisi biokimia, dan perilaku (Michael, 1999).
            Makin besar jumlah jenis, makin besar pula keanekaan hayati. Melalui evolusi yang terus-menerus terjadi pula kepunahan. Bila jenis baru terjadi lebih banyak dari kepunahan maka keanekaan hayati bertambah. Sebaliknya jika kepunahan terjadi lebih banyak dari terbentuknya jenis baru, maka keanekaan hayati akan menurun. Untuk pelestarian lingkungan keanekaan merupakan sumber daya alam hayati karena, merupakan bagian dari mata rantai tatanan lingkungan atau ekosistem, mampu merangkai satu unsur dengan unsur tatanan lingkungan yang lain, dan dapat menunjang tatanan lingkungan itu sehingga menjadikan lingkungan alam ini suatu llingkungan hidup yang amu memmberikan kebutuhan makhluk hidupnya (Ferial, 2013).
            Setiap tingkatan biologi sangat penting bagi kelangsungan hidup spesies dan komunitas alami, dan kesemuanya penting bagi manusia. Keanekaragaman spesies mewakili aneka ragam adaptasi evolusi dan ekologi suatu spesies pada lingkungan tertentu. Keragaman spesies menyediakan bagi manusia sumber daya alternatifnya; contohnya, hutan hujan tropik dengan aneka variasi spesies yang menggasilkan tumbuhan dan hewan yang dapat digunakan  untuk makanan, tempat bernaung dan obat-obatan (Umar, 2010).
            Jika tatanan lingkungan hanya terdiri dari sedikit jenis hayati, sangat peka dan mudah terganggu keseimbangannya. Semakin beraneka ragam sumber alam hayati, semakin stabil tatanan lingkungan tersebut. Jelasnya keanekaan hayati sangat penting, tidak hanya bagi kelangsungan hidup makhluknya, tetapi juga untuk kelestarian tatanan lingkungan itu sendiri. Dalam beberapa dekade terakhir abad ke-20, laju keanekaan hayati sebagai perkiraan kasar meliputi 40-400 kali juta kepunahan normal (Ferial, 2013).     
            Keanekaan ccenderung akan rendah dalam ekosistem-ekosistem yang secara fisik terkendali biologi. Sedikit jenis dengan jumlah yang besar, banyak jenis yang langka dengan jumlah yang kecil. Keanekaan jenis mempunyai sejumlah komponen yang dapat memberi reaksi secara berbeda-beda terhadap faktor geografi, perkembangan atau fisik. Keanekaan yang tinggi berarti mempunyai rantai-rantai makanan yang panjang dan lebih banyak kasus dari simbiosis (interaksi), kendali yang lebih besar untuk kendali umpan balik negatif yang dapat mengurangi gangguan-gangguan, dan karenanya akan meningkatkan kemantapan. Lebih banyak energi yang mengalir ke dalam keanekaan, biaya hara bebas ditanah  akan larut dalam air hujan dan kemudian diserap tumbuhan untuk perkembanganya. Hara yang diserap ini cepat atau lambat akan diberikan lagi kepada makhluk hidup lain. Sehingga dekomposisi  juga disebut sirkulasi hara (Ferial, 2013).
            Keanekaragaman hayati (biodiversity) sebagai kegiatan yang mengungkapkan jumlah jenis (kekayaan jenis atau species richness) yang ditemukan pada suatu komunitas/ekosistem dan bagaimana kemerataan jumlah individu yang tersebar di antara jenis tersebut (evenness) (Erawati dan Sih, 2010).
            Pengumpulan dengan jaring vegetasi,  jaring-jaring penyapu  umumnya  digunakan untuk mengambil sampel serangga vegetasi.  Ini adalah cara  yang  sederhana dan cepat untuk pengambilan sampel. Kekuranganya adalah bahwa hanya serangga-serangga yang tidak terjatuh atau kabur pada saat si pengumpul mendekati vegetasi, yang dapat ditangkap. Jaring-jaring penyapu adalah jaring-jaring untuk serangga yang lincah, yang biasaya terbuat dari bahan katun yang tebal, Mulutnya umumnya bulat, namun mulut yang berbentuk huruf  berbentuk huruf-D (sekitar 30 cm) adalah ideal untuk digunakan dalam tanah ladang, atau di atas vegetasi yang rendah (Michael, 1999).
            Botol pembunuh digunakan untuk membunuh hama serangga yang tertangkap sebelum diproses lebih lanjut. Botol pembunuh ini terbuat dari gelas ataupun plastik yang memiliki tutup yang rapat dan memiliki mulut yang lebar. Pada dasar botol diberi cairan pembunuh seperti ether atau chloroform. Di antara cairan pembunuh dengan ruang   pembunuh   diberikan  pembatas berupa saringan
 (seperti saringan pada penanak nasi) dan kapas  (Pribadi dan Illa, 2010).
           



BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
            Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah  Botol ukuran 600 ml, pinset, botol pembunuh, dan sweeping net.

III.2 Bahan
            Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Alkohol 70% dan serangga yang telah mati.

III.3 Cara Kerja
III.3.1 Cara Pengambilan Sampel
            Adapun cara kerja dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
a.    Memilih tempat/lokasi di padang rumput yang di sekitar Danau Unhas, Kemudian melakukan penagkapan serangga dengan menggunakan jarring serangga (sweeping net).
b.    Mengayunkan sweeping net ke kiri dan ke kanan di permukaan padang rumput dengan melangkah sebanyak 20 kali (10 langkah maju dan 10 langkah kembali). Mengulangi penangkapan sebanyak 2 kali pada lokasi yang berbeda.
c.    Menggulung jaring sweeping net agar serangga tidak lepas, kemudian masukkan kedalam botol pembunuh yang berisi alkohol secukupnya dan membiarkannya sampai serangga mati.

III.3.2 Cara Kerja Di Laboratorium
            Adapun cara kerja  yang  di  laksanakan  di  Laboratorium  adalah  sebagai
berikut:
a.    Di Laboratorium, melakukan pengamatan dan perhitungan.
b.    Mengambil serangga yang telah mati satu per satu secara acak, kemudian meletakkannya pada tempat yang telah disediakan.
c.    mengamati serangga no.1, kemudian pada lembar kerja memberi tanda +, mengambil serangga no.2 dan meletakkannya brdampingan dengan serangga no. 1 dan mengamatinya. Jika serangga no.2 berbeda dengan no.1 memberi tanda + pada lembar kerja , tetapi appabila sama, maka membri tanda 0 pada lembar kerja. Melakukan percobaan diatas dengan sampel pada lokasi berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Erawati, Nety V., dan Sih Kahono, (2010). “J. Entomol. Indon” Keanekaragaman  Dan Kelimpahan Belalang Dan Kerabatnya (Orthoptera) Pada Ekosistem  Pegunungan Di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. September   2010, Vol. 7, No. 2. Hal: 100-115.

Febriawan, Anggara, 2012. Tinjauan Umum Serangga Tanah, Keanekaragaman   Kelimpahan Dan Penelitian Yang Relevan. Universitas Pendidikan   Indonesia, Bandung.

Ferial, Eddyman W., 2013. Pengetahuan Lingkungan. Jurusan Biologi. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Michael, P., 1999. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang Dan Laboratorium. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Pribadi, Avry dan Illa Anggraeni, (2010). “Mitra Hutan Tanaman” Teknik Koleksi Dan Identifikasi Serangga Haa Pada Tanaman Hutan.Vol.5 No 3,    Nopember 2010, hal: 99 - 110.

Umar, Muhammad Ruslan, 2013. Modul Bahan Ajar Ekologi Umum. Jurusan  Biologi. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Umar, Muhammad Ruslan, 2013. Ekologi Umum Dalam Praktikum. Jurusan Biologi. Universitas Hasanuddin, Makassar.


 Laporan lengkapnya dapat diunduh disini

           

No comments:

Post a Comment

Semoga bermanfaat...Silahkan komentarnya,,,